Blog for Discussing All About Biotechnologi Understanding Development, Especially Biotechnology for Modern Health and Medical
Saturday, May 7, 2011
KESEHATAN HOLISTIK
"recent research in US has claimed that adverse hospital each year, making them one of the leading causes of death" (Dr. Trisha Macnoir, bbc.co.uk/health/futures/side)
Gaya hidup materialism telah menjebak manusia dalam lingkaran setan ketiodak menentuan bahkan ancaman kehancuran. Sejak tidak terkontrolnya konsumsi enargi, yang sangat tergantung pada jasa bahan bahan fosil yang menghasilkan tumpukan gas rumah kaca sebagai mantel atmosfir, membuat bumi makin panas. Bumi yang makin panas ini mendorong pola hidup serba AC, Peningkatan Penggunaan Freon, dan sejenisnya.
Dari “kepanasan” manusia terjebak untuk mencari “yang serba dingin” dengan menggali lubang dari lapisan pelindung atmosfirnya, karena zat-zat yang digunakan sebagai “pendingin” ternyata dalam proses lanjutnya berlaku sebagai penggali lubang ozon yang sangat diperlukan bagi kehidupan di muka bumi.
ODS , Ozone Destroyed Subtance , subtansi-subtansi perusak ozone, dengan berjalannya waktu, kiti muncul sebagai ancaman. Ancaman yang diketahui terhadap keseimbangan ozon adalah kloroflorokarbon (CFC) buatan manusia yang meningkatkan kadar penipisan ozon menyebabkan kemerosotan berangsur-angsur dalam tingkat ozon global.
CFC digunakan oleh masyarakat modern dengan cara yang tidak terkira banyaknya, dalam kulkas, bahan dorong dalam penyembur, pembuatan busa dan bahan pelarut terutama bagi kilang-kilang elektronik.
Masa hidup CFC berarti 1 molekul yang dibebaskan hari ini bisa ada 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.
Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer (10 – 50 km). Di atas lapisan ozon utama, pertengahan julat ketinggian 20 – 25 km, kurang sinar UV diserap oleh ozon. Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan UV, dan membebaskan atom klorin. Atom klorin ini juga berupaya untuk memusnahkan ozon dan menghasilkan lubang ozon
Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas permukaan bumi yang dikenal sebagai 'lapisan ozon'. Ozon terhasil dengan berbagai percampuran kimiawi, tetapi mekanisme utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari.
Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinar UV pada jarak gelombang 242 nanometer dan disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar bagi jarak gelombang yang besar dari 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama sinar UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-proses ini efektif dalam meneruskan ketetapan bilangan ozon dalam lapisan dan penyerapan 90% sinar UV.
UV dikaitkan dengan pembentukan kanker kulit dan kerusakan genetik. Peningkatan tingkat UV juga mempunyai dampak kurang baik terhadap sistem imunisasi hewan, organisme akuatik dalam rantai makanan, tumbuhan dan tanaman.
Penyerapan sinaran UV berbahaya oleh ozon stratosfer amat penting untuk semua hidupan di bumi.
UV dan Mutasi
Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi adalah demikian banyak aspek variabel faktor lingkungan. Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai mutagen
Faktor itu jika menghantam apa yang ada didalam gen ( DNA ) disebut mutasi gen , sedang jika menghantam apa yang ada di dalam kromosom ( GEN ) disebut mutasi kromosom
jadi jika menghantam susunan basa nitrogen yang ada di dalam gen berarti mutasi gen
. Pada umumnya faktor- faktor lingkungan penyebab mutasi (mutasi) dibagi menjadi:
a). Faktor fisika (radiasi)
Agen mutagenik dari faktor fisika brupa radiasi. Radiasi yang bersifat mutagenik antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar –X, partikel beta, pancaran netron ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang mempunyai daya ionisasi.
Radiasi dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif. Suatu zat radioaktif dapat berubah secara spontan menjadi zat lain yang mengeluarkan radiasi. Ada radiasi yang menimbulkan ionisasi ada yang tidak. Radiasi yang menimbulkan ionisasi dapat menembus bahan, termasuk jaringan hidup, lewat sel-sel dan membuat ionisasi molekul zat dalam sel, sehingga zat- zat itu tidak berfungsi normal atau bahkan menjadi rusak. Sinar tampak gelombang radio dan panas dari matahari atau api, juga mem,bentuk radiasi, tetapi tidak merusak.
b). Faktor kimia
Banyak zat kimia bersifat mutagenik. Zat- zat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
• Pestisida
ü DDT, insektisida dipertanian dan rumah tangga.
ü DDVP, insektisida, fumigam, helminteik ternak
ü Aziridine, dipakai pada industri tekstil, kayu dan kertas untuk membasmi lalat rumah, mutagen pada tawon, mencit, neurospora, E, coli dan bakteriofage T4.
ü TEM, dipakai dalam teskstil dan medis (agen antineoplastik). Membasmi lalat rumah.mutagen pada mencit dan serangga, jamur, aberasi pada memcit, allium e coli dan lekosit.
• Industri
ü Formadehid. Zat ini digunakan dalam pabrik resin, tekstil, kertas dan pupuk, disenfektan benih, dan fungisida, anti pai , anti kusut pada tekstil . banyak dijumpai pada asap tembakau, asap mobil, mesin serta buangan pabrik tekstil. Mutagen pada drosophila, neuspora dan E, coli.
ü Glycidol. Zat yang digunakan untuk membuat zat kimia yang lain seperti, eter, ester, amin untuk farmasi, dan tekstil bersifat antibakteri dan antijamur pada makanan, mutagen pada drosophila, neuspora, aberasi dan jaringan mencit.
ü DEB (butadiene deipoxide), mencegah mikroba, untuk tekstil dan farmasi, mutagen pada drosophila, neuspora dan E, coli . salmonella, penicillium, lalat rumah ragi, jagung, tomat dan mamalia. Aberasi pada allium, drosophila dan mamalia.
• Makanan dan minuman
ü Caffein. Banyak didapatkan pada minuman, kopi, teh, cokelat, dan limun yang mengandung cola. Pada bidang medis untuk antihistamin dan obat pusing, pengembang pembuluh darah, koroner. Mutagen lemah pada drosophila, mutagen letal adan aberasi pada bakteri, bakteriofage, dan kultur sel orang,
ü Siklamat dan sikloheksilamin. Banyak dipakai untuk penyedap makanan dan minuman, aberasi secara invitro pada orang dan tikus.
ü Natriun nitrit dan asam nitrit zat ini digunakan mengawetkan daging, ikan dan keju, mutagen pada bakteri dan jamurdan virus: menghalangi replikasi ADN.
• Obat
ü Siklofosfamid. Pelawan berbagai jenis tumor. Toragen pada tikus, mutagen pada drosophila, mencit. Aberasi pada kultur jaringan orang.
ü Metil di-kloro etil amin. Banyak digunakan diklinik. Mutagen pada mencit, drosophila, aberasi pada Allium.
ü Antibiotik . sebagian berasal dari streptomyces, seperti mitomysin C, azaserine, streptonigrin, phleomycin. Anti neoplasma. Penghalang replikasi DNA. Mutagen pada drosophila. Aberasi pada kultur lekosit orang.
ü Aminopterin 4- aminoflic dan methoteraxate. Kedua zat antagonis terhadap asam folat. Banyak dipakai pengobatan kanker, seperti leukimia, dan choriocarcinoma, aberasi pada kultur lekosit..
!!! Bromo urasil
c). Faktor biologi
Lebih dari 20 macam virus penyebab kerusakan kromosom. Misalnya virus hepatitis menimbulkan aberasi pada darah dan sumsum tulang. Virus campak, demam kuning, dan cacar juga dapat menimbulkan aberasi.
Hypotesa Darwono
Hipotesa ini dipublikasikan pada 1 Agustus 2009, tulisan singkat tentang hypotesa ini sebagai berikut :
Mewabahnya berbagai penyakit viral (Viral Diseases) yang bersifat pandemic (menyebar di seluruh pelosok dunia) memunculkan berbagai dugaan adanya mata rantai mutasi dari “virus” induk menjadi mutan-mutan virus baru dari yang sedikit berbeda hingga berbeda sama sekali sifat-sifatnya dengan virus asalnya.
Melalui pendekatan teoritik, munculnya mutan-mutan virus ini dapat dipahami, bahkan tidak hanya virus, berbagai mutan dari berbagai organisme di muka bumi ini juga bisa diprediksikan kemungkinan perubahannya. Teori asal usul kehidupan, Urey, Mutasi, hingga Teori Evolusi dan Ekologi dapat menjelaskan fenomena mutakhir.
Inti dari teori asal usul kehidupan adalah bahwa bumi, atmosfir, laksana tabung reaksi dari Laboratorium Alam tempat terjadinya berbagai reaksi yang memunculkan kehidupan di Bumi. Harold Urey yang kemudian diteruskan oleh muridnya Muller, membuktikan adanya reaksi-reaksi tersebut.
Dipandang dari teori Mutasi, di alam terjadi mutasi spontan, yang diakhibatkan oleh adanya mutagen-mutagen alam seperti panas, radiasi sinar kosmis, batuan radioaktif, sinar ultraviolet, radiasi dan ionisasi internal mikroorganisme, dan kesalahan DNA dalam metabolisme. Sifat-sifat yang diwariskan oleh mutasi alam umumnya resesif, serta merugikan mutasi sendiri dan keturunannya. Umumnya mutasi ini bersifat letal (menyebabkan kematian bagi mutan).
Mutan yang dapat bertahan hidup adalah mutan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya varietas baru. Jika mutan terus mengalami mutasi dan menghasilkan turunan yang adaptif dengan lingkungan maka pada suatu ketika akan dihasilkan turunan yang sifatnya sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Turunan baru ini akan mewariskan sifat barunya kepada keturunannya. Boleh jadi genotif dan fenotif sudah berbeda dengan nenek moyangnya. Dihasilkannya turunan baru melalui proses mutasi ini, merupakan salah satu mekanisme evolusi.
Fenomena Global warming, dimana terjadi peningkatan panas secara global akibat proses reradiasi panas terhalang oleh selimut gas rumah kaca (Green House Effect), Black hole, menipis dan berlubangnya lapisan ozon yang kian meluas, memungkinkan sinar ultraviolet menerobos ke bumi dengan intensitas tinggi. Dua fenomena ini ditambah fenomena lain terutama teremisinya kemikalia mutagenic (yang menyebabkan mutasi) seperti DDT, BHC, Agen Alkilase, Asam Nitrit, Hidrosil amin dll, menjadikan proses mutasi spontan mengalami booming.
Benang merah uraian di atas adalah, terdapat hubungan yang korelasional antara kondisi lingkungan dengan munculnya mutagen-mutagen mikroorganisme baru penyebab penyakit baru. Jika ini terbukti, maka prediksinya adalah, akan muncul penyakit-penyakit baru baik Viral maupun bacterial yang berbeda dengan apa yang sudah kita kenal selama ini. Bahkan berbagai vaksin yang selama ini diandalkan untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut, boleh jadi tidak ampuh lagi, karena virus maupun bakteri yang ada sifatnya sudah berbeda.Dengan demikan kehidupan di bumi ini menjadi sangat terancam. Laboratorium-laboratorium manusia TIDAK mungkin berpacu dengan LABORATORIUM ALAM.
Kembali Dan Bersatu Dengan Alam
Gerakan kembali kea lam (Back To Nature) sejak tahun 70 –an sudah menggema. Realitas kehidupan secara menyeluruh teleh mendorong lebih kuat , tidak hanya kita kembali kea lam, namun bagaiman kita juga bersatu dengan alam. Gerakan menyeluruh akan ketidakterpisahan kehidupan dengan alam, ini melahirkan kehidupan holistic. Konsep hidup menyeluruh, bukan saja bagaimana kita memanfaatkan alam, tetapi dilengkapi pula dengan semangat bagaimana menjaga keseimbangan alam, berdetak dengan irama alam, dan melangkah dengan kaidah-kaidah alam.
Bagaimana Dengan Bidang Kesehatan ?
Berfikir holistic tentang kesehatan masa depan, adalah sebuah keniscayaan yang perlu dilakukan. Realitas ekologis dengan “berlimpahnya UV” yang mutagenic, dan bertumpuknya mutagen kimiawi yang berasal dari berbagai aktifitas umat manusia, menjadikan atmosfir bumi seakan tabung reaksi besar tempat para mutan siap lahir.
Virus, bakteri dan berrbagai mikroorganisme yang selama ini dikenal sebagai mutagen biologis, dengan meliu “tabung reaksi raksasa” di atmosfir jusatru kana menjadi mjutan-mutan baru. Ini mengingat dengan struktur yang lebih sederhana, maka kemungkinan berupah menjadi lebih mudah disbanding dengan makhluk-makhluk hidup yang memiliki struktur lebih komplek. Dengan demikian, akan muncul strain-starin baru, bahkan mugkin spesies-spesies baru.
Adanya mega perubahan pada tingkat mikroorganisme, termasuk mikroorganisme pathogen jelas akan mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi besar di dunia kedokteran. Apa yang selama ini digunakan sebagai terapi , kuratif maupun prefantif, atas dasar penelitian-penelitian sebelumnya, mungkin sudah tidak “manjur” lagi. Imunitas-imunitas yang dikembangkan dengan faksin-faksin lama sudah tidak kokoh lagi mengahadapi serangan –serangan mikroorganisme lama yang berubah, bahkan pathogen-patogen baru akhibat mutasi total. Obeservasi penulis 2 tahun ini menunjukan memang sedang terjadi hal yang demikian.
Kesehatan holistic, yang dilandasi oleh semangat kezuhudan terhadap “keteraturan alam” dalam mencapai harmonis dan keseimbangan akan menjadi pilihan. Karena pada hakekatnya, alam sebagai makhluk Allah SWT telah ditata untuk keberlangsungan hidup umat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi selama manusia benar-benar memperrhatikan amanat-Nya.
Kalau tidak, pasti akan terjadi sksesi umat manusia, suatu kamu akan diganti oleh kaum lain sebagaimana al Qur’an menggambarkannya. Yang kurang lebih artinya :
"Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad (keluar)dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya,... dst"/
Shodaqallahul ‘adziim
Wednesday, May 4, 2011
PURWOCENG HERBAL DARI DIENG
Di Indonesia tumbuhan atau tanaman obat yang memiliki khasiat penambah stamina (aprosidiak) umumnya digunakan atas dasar mitos, kepercayaan dan pengalaman. Namun khasiat tanaman Purwaceng ini bukan sekedar mitos belaka karena studi sudah membuktikannya.
Kompas.com menulis, Tanaman yang satu ini punya banyak man¬faat, salah satunya sebagai obat kuat. Tak ¬heran, banyak yang menjulukinya “viagra”-nya ¬Indonesia.
Belakangan ini, popularitas tanaman purwaceng makin meningkat. Tanaman mungil ini dikenal sebagai obat kuat alias penambah gairah dan vitalitas pria. Sebetulnya, purwaceng sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu. Konon, di zaman dahulu hanya para raja yang mengonsumsinya sebagai minuman.
Namun, semakin lama tanaman yang aslinya tumbuh liar di Gunung Perahu dan Gunung Pakujiwo di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini, makin banyak dikonsumsi rakyat biasa. Kini, purwaceng pun sudah banyak dibudidayakan.
Purwaceng banyak ditemukan di pegunungan seperti di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Nama latin Purwaceng adalah Pimpinella pruatjan (alpina). Pertama kali ditemukan di pegunungan Alpen, Swiss dengan ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini dikenal juga dengan nama lain Suripandak abang (pegunungan Lyang, Jawa Timur) dan Gebangan Depok (Gunung Tengger).
Penampakan fisik Purwaceng adalah semak kecil merambat di atas permukaan tanah seperti tumbuhan pegagan dan semanggi gunung. Daunnya kecil-kecil berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3 cm.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan beberapa perguruan tinggi dalam negeri diketahui bahwa ada efek nyata antara tanaman purwaceng terhadap peningkatan kemampuan seksual. Oleh karena itu, Purwaceng sering disebut sebagai Viagra tradisional atau Viagra Indonesia.
Seperti dikutip dari hasil studi peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2007, seluruh bagian tanaman purwaceng dapat digunakan sebagai obat tradisional, namun bagian yang paling berkhasiat adalah akarnya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan juga membenarkan bahwa akarnya mempunyai sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak, yaitu khasiat obat yang dapat meningkatkan atau menambah stamina.
Umumnya tumbuhan atau tanaman yang berkhasiat sebagai aprosidiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh serta memperlancar peredaran darah.
Bahan aktif purwaceng paling banyak terdapat pada bagian akarnya yang menyerupai wortel dan berwarna putih, panjangnya sekitar 10 cm. Akar purwaceng mengandung turunan senyawa kumarin yang sering digunakan dalam industri obat modern, tetapi bukan untuk aprodisiak melainkan untuk anti bakteri, anti fungi dan anti kanker.
Namun sebuah penelitian yang dikutip dari buku Mitos Seputar Masalah Seksual dan Kesehatan Reproduksi, Sabtu (23/1/2010) menyebutkan, Purwaceng dapat meningkatkan gairah seks, meningkatkan hormon testosteron dan meningkatkan jumlah spermatozoid.
Untuk mendapatkan khasiat secara nyata, Purwaceng harus diminum teratur selama 7-15 hari. Selain itu tanaman ini juga berkhasiat menghangatkan tubuh, saraf dan otot, menghilangkan masuk angin dan pegal linu, melancarkan buang air kecil, obat analgetika (menghilangkan rasa sakit), menurunkan panas, obat cacing, antibakteri serta anti kanker. Purwaceng yang asli memiliki rasa khas, yaitu pedas, yang dihasilkan oleh akar dan bijinya.
Purwaceng sebenarnya tergolong tanaman langka, namun kini dapat diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro.
Meski sebetulnya sulit ditanam, purwaceng yang bernama latin Pimpirella pruatjan makin banyak dicari. Sepintas, purwaceng tak jauh berbeda dari tanaman perdu yang tumbuh liar di pinggir jalan atau kebun-kebun kosong.
Padahal, bisa dibilang tanaman ini tak bisa diremehkan lantaran punya manfaat besar. Meski termasuk jenis perdu, purwaceng merupakan tanaman yang tergolong langka. Purwaceng juga hanya bisa tumbuh baik di Dataran Tinggi Dieng, dengan ketinggian 2.000 dpl (di atas permukaan laut). Purwaceng memang tergolong “rewel” dalam memilih tempat untuk hidup.
Bahkan di Dataran Tinggi Dieng yang merupakan daerah asalnya, tak semua tempat di sana bisa ditanami purwaceng. Selain ketinggian permukaan, tanah tempatnya tumbuh juga harus mengandung unsur-unsur tertentu, dengan kelembaban dan cuaca yang tertentu pula.
“Di Kalimantan dan Gunung Slamet (Jawa Tengah) juga ada yang menanam purwaceng, tapi hasilnya tidak sebaik seperti di Dieng,” tutur Saroji yang sudah 18 tahun membudidayakan purwaceng di Dieng.
Jika ditanam di Purwokerto, pegawai di Komplek Candi Arjuna, Dieng ini mengandaikan, purwaceng memang tetap tumbuh, tapi cabangnya memanjang dan khasiatnya sudah jauh berkurang. Aromanya pun berbeda.
Selain itu, purwaceng juga hanya mau ditanam oleh orang-orang “bertangan dingin”. Banyak yang gagal menanamnya ketika pemerintah daerah setempat menyerukan untuk membudidayakan tanaman ini.
Tanpa Pupuk
Purwaceng punya ciri khas berdaun kecil agak bulat dan bergerigi di bagian pinggirnya. Purwaceng memiliki satu batang dengan beberapa cabang daun yang tumbuh melebar di atas tanah.
Purwaceng yang subur bisa memiliki cabang daun yang diameternya mencapai 20 cm. Bila tumbuh di tempat yang tepat, daun purwaceng tumbuh subur dengan ukuran agak besar. Purwaceng yang subur dan bagus juga bisa memiliki akar yang panjangnya mencapai 20 cm, dan saat dipanen akarnya berwarna kuning.
Sebetulnya, cara menanamnya cukup mudah. Purwaceng diperbanyak dari bijinya. Biji yang sudah masak akan jatuh ke tanah dan tumbuh dengan sendirinya. Biji yang jatuh sendiri ini akan tumbuh lebih cepat daripada biji yang disebar dengan tangan manusia.
Cara kedua ini bisa membuat purwaceng baru tumbuh empat bulan setelah disebar. Setelah benih mulai tumbuh, tanaman sebaiknya dipindahkan ke tanah yang lebih luas (bukan pot), misalnya halaman belakang rumah.
Dengan demikian, akarnya bisa tumbuh secara maksimal, bahkan mencapai 20 cm. Cabang daunnya pun akan lebih banyak dan lebar. Tanah yang ideal bagi purwaceng, menurut Saroji, adalah tanah yang lincit alias tak terlalu berlumpur.
Bila tumbuh di tempat yang tepat, purwaceng tak perlu terlalu sering disiram. Pada musim hujan malah tak perlu disiram, sedangkan saat musim kemarau tanaman ini cukup disiram tiga hari sekali.
Uniknya, purwaceng justru harus dibiarkan tumbuh alami tanpa pupuk. Pupuk kandang masih boleh digunakan untuk menyuburkan, tapi pemberian pupuk kimia justru akan membuatnya tumbuh tidak maksimal.
Setelah berusia satu tahun, purwaceng mulai bisa dipanen. Jika tumbuh bagus dan subur, enam tanaman purwaceng basah bisa berbobot sampai 1 kg
Astuti, Yayuk (2005) ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA AKTIF FRAKSI METILEN KLORIDA DARI TANAMAN PURWOCENG ( Pimpinella alpina Molk ). In: Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Kimia FMIPA UNDIP , Jurusan Kimia UNDIP Semarang, memberikan abstraksi sebagai berikut :
Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) selama ini telah dikenal sebagai obat penggugah gairah seksual (afrodisiak) dan obat peluruh air seni (diuretik). Walaupun telah dikenal, namun penelitian mengenai kandungan senyawa dan toksisitasnya belum banyak dilakukan.
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan identifikasi kandungan kimia purwoceng fraksi non-polar, sedangkan penelitian terhadap fraksi semi polar belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terkandung dalam fraksi metilen klorida tanaman purwoceng serta toksisitas fraksi metilen klorida, etil asetat, n-butanol dan n-heksan.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama pemisahan, pemurnian dan identifikasi senyawa hasil isolasi. Isolasi senyawa dilakukan melalui metode maserasi dengan pelarut metanol yang dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, metilen klorida, etil asetat dan n-butanol. Isolasi senyawa dilanjutkan terhadap fraksi metilen klorida, sedangkan pemisahan dan pemurnian digunakan metode kromatografi kolom dan KLT preparatif.
Identifikasi terhadap senyawa yang diperoleh meliputi uji golongan kimia serta analisis dengan GC-MS. Toksisitas senyawa-senyawa yang terkandung dalam fraksi metilen klorida, etil asetat dan n-butanol diuji menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan hasilnya diolah menggunakan metode Finney untuk mendapatkan harga LC50.
Data hasil isolasi diperoleh 2 noda (Fx, Fy) dengan Rf 0.07 untuk Fx dan 0.82 untuk Fy. Hasil GC-MS untuk Fx dengan TR 15.717 dan 17.608 diduga merupakan senyawa asam heksadekanoat dan asam oktadekanoat. Sedangkan untuk Fy, diperoleh senyawa benzil benzoat dengan TR 13.150. Dari hasil uji toksisitas diketahui harga LC50 fraksi metilen klorida , etil asetat, n-butanol dan n-heksan berturut-turut sebesar 18.76 μg/mL, 18.76 μg/mL, 14.08 μg/mL dan 11.07 μg/mL.
Berdasarkan hasil analisis GC-MS terhadap senyawa hasil isolasi, diusulkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak metilen klorida fraksi I adalah asam heksadekanoat, asam oktadekanoat dan benzil benzoat. Hasil uji toksisitas dengan BSLT menunjukkan bahwa keempat fraksi tersebut berpotensi sebagai antikanker
Ekstrak Purwoceng mengandung komponen golongan triterpenoid/steroid, alkaloid dan Flavonoid. Selanjumya pada tahun 2004 ini juga telah dilakukan pemisahan dan purifikasi senyawa kimia, khususnya dad fraksi non polar dan semi polar. Dad fraksi n-heksana telah dapat diperoleh satu kristal murni, yang setelah dianalisis dengan gas kromatografi-spektroskopi massa, dapat dibuktikan adanya senyawa stigmatosterol. Komponen kimia ini merupakan penelitian pertama yang melaporkan senyawa golongam triterpenoid tersebut dalam tanaman Purwoceng.
Fraksinasi dad bagian semipolar (kloroform) juga menghasilkan komponen murni. Meskipun demikian, analisis spektroskpi terhadap senyawa ini hingga sekarang mash dalam tahap penyelesaian di Berlin. Panting ditambahkan bahwa pada tahun ini juga, telah berhasil dilaporkan untuk pertamakalinya kandungan kimia minyak atsiri dari tanaman Purwoceng.
Senyawa germacren dan Brelemen merupakan komponen utama minyak atsiri, disamping telah teridentifikasi komponen lain, seperti champhen, B-pinen, limonen, champor, a-terpinen, B-kadopilen, bomeol, R-selinen, aromadendren, curzeren dan epi curzerenon. Penelitian-penelitian kelanjutan, khususnya dalam kajian °chemical prospecting” terhadap tanaman Pimpinella alpine Molk perlu dilakukan. Sesuai dengan perencanaan awal, fraksi polar dari tanaman ini akan dilakukan pada tahun kedua. Selain itu, uji aktivitas dari senyawa hasil isolasi akan pula dilakukan, khususnya dalam rangka standarisasi sifat afrodisiak.?
Berdasarkan hasil penelitian kandungan kimia pada tanaman purwaceng termasuk zat kimia organik dengan melalui proses kimia sehingga bermanfaat meningkatkan vitalitas pria, menghangatkan tubuh, menyembuhkan pegel linu, menambah stamina tubuh, melancarkan buang air kecil, menghilangkan rasa sakit, menurunkan panas, obat cacing, mengatasi disfungsi ereksi., impotensi, dan kanker prostat serta antikanker dan antibakteri.
Ingin Konsultasi Masalah Kesehatan Holistik sekaligus Terapi atau Maintenancce ?
Hubungi kami, Konsultan Bersertifikat
Kompas.com menulis, Tanaman yang satu ini punya banyak man¬faat, salah satunya sebagai obat kuat. Tak ¬heran, banyak yang menjulukinya “viagra”-nya ¬Indonesia.
Belakangan ini, popularitas tanaman purwaceng makin meningkat. Tanaman mungil ini dikenal sebagai obat kuat alias penambah gairah dan vitalitas pria. Sebetulnya, purwaceng sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu. Konon, di zaman dahulu hanya para raja yang mengonsumsinya sebagai minuman.
Namun, semakin lama tanaman yang aslinya tumbuh liar di Gunung Perahu dan Gunung Pakujiwo di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini, makin banyak dikonsumsi rakyat biasa. Kini, purwaceng pun sudah banyak dibudidayakan.
Purwaceng banyak ditemukan di pegunungan seperti di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Nama latin Purwaceng adalah Pimpinella pruatjan (alpina). Pertama kali ditemukan di pegunungan Alpen, Swiss dengan ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini dikenal juga dengan nama lain Suripandak abang (pegunungan Lyang, Jawa Timur) dan Gebangan Depok (Gunung Tengger).
Penampakan fisik Purwaceng adalah semak kecil merambat di atas permukaan tanah seperti tumbuhan pegagan dan semanggi gunung. Daunnya kecil-kecil berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3 cm.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan beberapa perguruan tinggi dalam negeri diketahui bahwa ada efek nyata antara tanaman purwaceng terhadap peningkatan kemampuan seksual. Oleh karena itu, Purwaceng sering disebut sebagai Viagra tradisional atau Viagra Indonesia.
Seperti dikutip dari hasil studi peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2007, seluruh bagian tanaman purwaceng dapat digunakan sebagai obat tradisional, namun bagian yang paling berkhasiat adalah akarnya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan juga membenarkan bahwa akarnya mempunyai sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak, yaitu khasiat obat yang dapat meningkatkan atau menambah stamina.
Umumnya tumbuhan atau tanaman yang berkhasiat sebagai aprosidiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh serta memperlancar peredaran darah.
Bahan aktif purwaceng paling banyak terdapat pada bagian akarnya yang menyerupai wortel dan berwarna putih, panjangnya sekitar 10 cm. Akar purwaceng mengandung turunan senyawa kumarin yang sering digunakan dalam industri obat modern, tetapi bukan untuk aprodisiak melainkan untuk anti bakteri, anti fungi dan anti kanker.
Namun sebuah penelitian yang dikutip dari buku Mitos Seputar Masalah Seksual dan Kesehatan Reproduksi, Sabtu (23/1/2010) menyebutkan, Purwaceng dapat meningkatkan gairah seks, meningkatkan hormon testosteron dan meningkatkan jumlah spermatozoid.
Untuk mendapatkan khasiat secara nyata, Purwaceng harus diminum teratur selama 7-15 hari. Selain itu tanaman ini juga berkhasiat menghangatkan tubuh, saraf dan otot, menghilangkan masuk angin dan pegal linu, melancarkan buang air kecil, obat analgetika (menghilangkan rasa sakit), menurunkan panas, obat cacing, antibakteri serta anti kanker. Purwaceng yang asli memiliki rasa khas, yaitu pedas, yang dihasilkan oleh akar dan bijinya.
Purwaceng sebenarnya tergolong tanaman langka, namun kini dapat diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro.
Meski sebetulnya sulit ditanam, purwaceng yang bernama latin Pimpirella pruatjan makin banyak dicari. Sepintas, purwaceng tak jauh berbeda dari tanaman perdu yang tumbuh liar di pinggir jalan atau kebun-kebun kosong.
Padahal, bisa dibilang tanaman ini tak bisa diremehkan lantaran punya manfaat besar. Meski termasuk jenis perdu, purwaceng merupakan tanaman yang tergolong langka. Purwaceng juga hanya bisa tumbuh baik di Dataran Tinggi Dieng, dengan ketinggian 2.000 dpl (di atas permukaan laut). Purwaceng memang tergolong “rewel” dalam memilih tempat untuk hidup.
Bahkan di Dataran Tinggi Dieng yang merupakan daerah asalnya, tak semua tempat di sana bisa ditanami purwaceng. Selain ketinggian permukaan, tanah tempatnya tumbuh juga harus mengandung unsur-unsur tertentu, dengan kelembaban dan cuaca yang tertentu pula.
“Di Kalimantan dan Gunung Slamet (Jawa Tengah) juga ada yang menanam purwaceng, tapi hasilnya tidak sebaik seperti di Dieng,” tutur Saroji yang sudah 18 tahun membudidayakan purwaceng di Dieng.
Jika ditanam di Purwokerto, pegawai di Komplek Candi Arjuna, Dieng ini mengandaikan, purwaceng memang tetap tumbuh, tapi cabangnya memanjang dan khasiatnya sudah jauh berkurang. Aromanya pun berbeda.
Selain itu, purwaceng juga hanya mau ditanam oleh orang-orang “bertangan dingin”. Banyak yang gagal menanamnya ketika pemerintah daerah setempat menyerukan untuk membudidayakan tanaman ini.
Tanpa Pupuk
Purwaceng punya ciri khas berdaun kecil agak bulat dan bergerigi di bagian pinggirnya. Purwaceng memiliki satu batang dengan beberapa cabang daun yang tumbuh melebar di atas tanah.
Purwaceng yang subur bisa memiliki cabang daun yang diameternya mencapai 20 cm. Bila tumbuh di tempat yang tepat, daun purwaceng tumbuh subur dengan ukuran agak besar. Purwaceng yang subur dan bagus juga bisa memiliki akar yang panjangnya mencapai 20 cm, dan saat dipanen akarnya berwarna kuning.
Sebetulnya, cara menanamnya cukup mudah. Purwaceng diperbanyak dari bijinya. Biji yang sudah masak akan jatuh ke tanah dan tumbuh dengan sendirinya. Biji yang jatuh sendiri ini akan tumbuh lebih cepat daripada biji yang disebar dengan tangan manusia.
Cara kedua ini bisa membuat purwaceng baru tumbuh empat bulan setelah disebar. Setelah benih mulai tumbuh, tanaman sebaiknya dipindahkan ke tanah yang lebih luas (bukan pot), misalnya halaman belakang rumah.
Dengan demikian, akarnya bisa tumbuh secara maksimal, bahkan mencapai 20 cm. Cabang daunnya pun akan lebih banyak dan lebar. Tanah yang ideal bagi purwaceng, menurut Saroji, adalah tanah yang lincit alias tak terlalu berlumpur.
Bila tumbuh di tempat yang tepat, purwaceng tak perlu terlalu sering disiram. Pada musim hujan malah tak perlu disiram, sedangkan saat musim kemarau tanaman ini cukup disiram tiga hari sekali.
Uniknya, purwaceng justru harus dibiarkan tumbuh alami tanpa pupuk. Pupuk kandang masih boleh digunakan untuk menyuburkan, tapi pemberian pupuk kimia justru akan membuatnya tumbuh tidak maksimal.
Setelah berusia satu tahun, purwaceng mulai bisa dipanen. Jika tumbuh bagus dan subur, enam tanaman purwaceng basah bisa berbobot sampai 1 kg
Astuti, Yayuk (2005) ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS SENYAWA AKTIF FRAKSI METILEN KLORIDA DARI TANAMAN PURWOCENG ( Pimpinella alpina Molk ). In: Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Kimia FMIPA UNDIP , Jurusan Kimia UNDIP Semarang, memberikan abstraksi sebagai berikut :
Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) selama ini telah dikenal sebagai obat penggugah gairah seksual (afrodisiak) dan obat peluruh air seni (diuretik). Walaupun telah dikenal, namun penelitian mengenai kandungan senyawa dan toksisitasnya belum banyak dilakukan.
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan identifikasi kandungan kimia purwoceng fraksi non-polar, sedangkan penelitian terhadap fraksi semi polar belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terkandung dalam fraksi metilen klorida tanaman purwoceng serta toksisitas fraksi metilen klorida, etil asetat, n-butanol dan n-heksan.
Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama pemisahan, pemurnian dan identifikasi senyawa hasil isolasi. Isolasi senyawa dilakukan melalui metode maserasi dengan pelarut metanol yang dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, metilen klorida, etil asetat dan n-butanol. Isolasi senyawa dilanjutkan terhadap fraksi metilen klorida, sedangkan pemisahan dan pemurnian digunakan metode kromatografi kolom dan KLT preparatif.
Identifikasi terhadap senyawa yang diperoleh meliputi uji golongan kimia serta analisis dengan GC-MS. Toksisitas senyawa-senyawa yang terkandung dalam fraksi metilen klorida, etil asetat dan n-butanol diuji menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan hasilnya diolah menggunakan metode Finney untuk mendapatkan harga LC50.
Data hasil isolasi diperoleh 2 noda (Fx, Fy) dengan Rf 0.07 untuk Fx dan 0.82 untuk Fy. Hasil GC-MS untuk Fx dengan TR 15.717 dan 17.608 diduga merupakan senyawa asam heksadekanoat dan asam oktadekanoat. Sedangkan untuk Fy, diperoleh senyawa benzil benzoat dengan TR 13.150. Dari hasil uji toksisitas diketahui harga LC50 fraksi metilen klorida , etil asetat, n-butanol dan n-heksan berturut-turut sebesar 18.76 μg/mL, 18.76 μg/mL, 14.08 μg/mL dan 11.07 μg/mL.
Berdasarkan hasil analisis GC-MS terhadap senyawa hasil isolasi, diusulkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak metilen klorida fraksi I adalah asam heksadekanoat, asam oktadekanoat dan benzil benzoat. Hasil uji toksisitas dengan BSLT menunjukkan bahwa keempat fraksi tersebut berpotensi sebagai antikanker
Ekstrak Purwoceng mengandung komponen golongan triterpenoid/steroid, alkaloid dan Flavonoid. Selanjumya pada tahun 2004 ini juga telah dilakukan pemisahan dan purifikasi senyawa kimia, khususnya dad fraksi non polar dan semi polar. Dad fraksi n-heksana telah dapat diperoleh satu kristal murni, yang setelah dianalisis dengan gas kromatografi-spektroskopi massa, dapat dibuktikan adanya senyawa stigmatosterol. Komponen kimia ini merupakan penelitian pertama yang melaporkan senyawa golongam triterpenoid tersebut dalam tanaman Purwoceng.
Fraksinasi dad bagian semipolar (kloroform) juga menghasilkan komponen murni. Meskipun demikian, analisis spektroskpi terhadap senyawa ini hingga sekarang mash dalam tahap penyelesaian di Berlin. Panting ditambahkan bahwa pada tahun ini juga, telah berhasil dilaporkan untuk pertamakalinya kandungan kimia minyak atsiri dari tanaman Purwoceng.
Senyawa germacren dan Brelemen merupakan komponen utama minyak atsiri, disamping telah teridentifikasi komponen lain, seperti champhen, B-pinen, limonen, champor, a-terpinen, B-kadopilen, bomeol, R-selinen, aromadendren, curzeren dan epi curzerenon. Penelitian-penelitian kelanjutan, khususnya dalam kajian °chemical prospecting” terhadap tanaman Pimpinella alpine Molk perlu dilakukan. Sesuai dengan perencanaan awal, fraksi polar dari tanaman ini akan dilakukan pada tahun kedua. Selain itu, uji aktivitas dari senyawa hasil isolasi akan pula dilakukan, khususnya dalam rangka standarisasi sifat afrodisiak.?
Berdasarkan hasil penelitian kandungan kimia pada tanaman purwaceng termasuk zat kimia organik dengan melalui proses kimia sehingga bermanfaat meningkatkan vitalitas pria, menghangatkan tubuh, menyembuhkan pegel linu, menambah stamina tubuh, melancarkan buang air kecil, menghilangkan rasa sakit, menurunkan panas, obat cacing, mengatasi disfungsi ereksi., impotensi, dan kanker prostat serta antikanker dan antibakteri.
Ingin Konsultasi Masalah Kesehatan Holistik sekaligus Terapi atau Maintenancce ?
Hubungi kami, Konsultan Bersertifikat
Subscribe to:
Posts (Atom)