Friday, December 23, 2011

MENGENAL KARAKTER MURID UNTUK INTERAKSI LEBIH SOLID



Komunikasi empatik, adalah komunikasi dimana kita menempatkan diri “pada hati” komunikan (Masyarakat, demonstran, dll). Menempatkan diri kita pada posisi hati, perasaan, fikiran komunikan akan menghasilkan harmonisasi komunikasi yang pada akhirnya dapat saling memahami. Untuk maksud tersebut, memahami fikiran, perasaan dan karakter komunikan adalah salah satu kuncinya.




Menurut Helen Keller, untuk memiliki mata yang indah, seseorang harus berusaha melihat apa yang baik dalam diri orang lain. Artinya kualitas mata sangat mempengaruhi kualitas determinasi penilaian kita terhadap diri orang lain. Ini juga berarti, mata seseorang bisa mencerminkan nilai pribadi orang bersangkutan.

Berkaitan dengan hal ini, Ralp Waldo Emerson mengungkapkan, “ mata seseorang berbicara banyak hal seperti lidah, keuntungannya adalah bahasa mata tidak membutuhkan kamus, namun bisa dipahami di seluruh dunia.

Penggambaran mata sebagai cerminan karakter ada di seluruh budaya dunia. Di Indonesia misalnya, tokoh-tokoh wayang golek bervariasi bentuk matanya tergantung karakter tokoh tersebut. Demikian juga pada sandiwara Golek Cina, tokoh-tokoh yang berkarakter beda matanya berbeda pula. Bahkan dalam simbolisme religius, tokoh jahat si pengembara (masihid dajjal) digambarkan dengan matanya yang cuma satu.


Penulis mencoba menganalisis mata dari calon presiden, dan hasilnya sudah dipublikasikan lewat milist, facebook dan lain sebagainya sebagai berikut :



DARI MATA, KITA BACA APA YANG ADA DALAM DADA
Mata Mega : menunjukan orang yang jujur, tegas, lugas dan PD, Kuat Tekad
Mata SBY : menunjukan Rendah hati, Penuh keragu-raguan dan skeptis , penurut
Mata JK : menunjukan Cerdik, permisif, kurang emphatic, Over PD , ambisius

Anda Bebas Memilih Yang Mana, Pastikan memilih yang terbaik menurut Anda. Perhatikan Mata Capres cawapres ketika berbicara, anda bisa melihat isi hati dan kepalanya.
Itu adalah salah satu contoh bagaimana memahami karakter orang melalui pandangan mata.

Secara garis besar, untuk memahami karakter orang ada beberapa cara :

1. Bahasa Verbal
2. Bahasa Tubuh
3. Topo grafi wajah
4. Grafologi
5. Anatomi Tangan dan jari-jari
6. Dll.


1. Bahasa Verbal

Perhatikan percakapan pada video berikut :



Bahasa menunjukan bangsa. Pribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan bahwa bahasa, kualitas bahasa, pilihan kata-kata dalam berbahasa secara lisan maupun tulisan dapat mencerminkan karakter penuturnya atau penulisnya.

Steven R. Covey dalam bukunya “7 Habits” tujuh kebiasaan orang yang sangat efektif mebedakan bahasa orang yang proaktif dan reaktif sebagai berikut :

Bahasa Yang Reaktif

Tidak ada yang dapat saya lakukan
Memang sudah begitulah saya
Ia membuatku begitu marah
Mereka tidak akan mengizinkan itu
Saya terpaksa melakukan itu
Saya tidak bias
Saya harus
Seandainya saya


Bahasa Proaktif

Mari kita lihat alternative yang kita miliki
Saya dapat memilih pendekatan yang berbeda
Saya mengendalikan perasaan saya sendiri
Saya dapat memberikan presentasi yang efektif
Saya akan memilih respons yang sesuai
Saya meilih…
Saya lebih suka
Saya akan

Sementara itu lama tidaknya menahan bunyi desis ketika bicara bias menunjukan orientasi seksual seseorang. Apakah dia memiliki orientasi hetero, atau homo maupun bisexual. Hasil research fonetic ini sangat membantu kita untuk berinteraksi atau tidak berinteraksi lebih jauh dengan lebih tepat.

2.Bahasa Tubuh




Gerald I Nierenberg dan Hendry H. Calero dalam bukunya “Membaca Pikiran Orang Deperti Membaca Buku” menyakatakan, bahwa sebelum manusia bias berbicara ia akan selalu menggunakan bahasa tubuhnya dalam berkomunikasi, ia akan menunjuk benda yang diinginkannya, memalingkan muka bila tidak menginginkan sesuatu, tertarik pada sebuah benda, ia akan menunjukan hal ini pada orang yang lebih dewasa dengan cara mendekatkan tubuhnya (baik dengan merangkak atau berjalan) kea rah benda tersebut lalu mencoba meraihnya. Besitu banyak bahasa tubuh yang kita lakukan sehari-hari baik yang kita sadari maupun tidak.

Banyak manfaat yang akan kita peroleh jika kita mempelajari dan memahami bahasa tubuh yang disampaikan seseorang. Basik disertai ucapan maupun tidak. Kita akan bias mengetahui apakah orang yang kita ajak bicara tertarik dengan bahan pembicaraan yang kita sodorkan, yaitu dengan melihat reaksinya melalui bahasa tubuh yang ia sampaikan . Dari reaksi bahasa tubuh yang dia berikan., kita bias mengambil keputusan apakah kita akan terus melanjutkan pembicaraa atau sebaiknya kita menghentikannya, dan memulai kembali pada saat yang lebih tepat.

Contoh dari bahasa tubuh yang hamper sama di seluruh dunia adalah nahasa tubuh “mengusap Dagu” yang menunjukan berfikir atau mengevaluasi. Sikap seperti ini seakan ingin mengatakan : “nah, izinkan aku mempertimbangkan “. Ini terjadi ketika orang-orang sedang melakukan proses pengambilan keputusan. Barangkali dengan setiap film barat terdapat sebu8ah adegan yang di dalamnya ada seorang dokter berjnaggut sedang mengusap dagunya berkata, “ Saya tidak tahu, Marshall, jika itu adalah cara yang terbaik untuk mengatasi masalah mereka. “

Di dalam drama musical Fiddler on The Roof, tiap kali Tevye berfikir tentang sesuatu yang penting ia selalu mengusap janggutnya. Dalam buku karya Henry Siddon yang berjudul Rhetorical Gestures mengatakan bahwa, sikap ini menandakan seorang lelaki bijak yang sedang membuat penilaian.

3. Wajah



Selain mata seperti yang telah diterangkan di atas, bagian awajah sep[erti bentuk alis, jarak antara dua alis, bentuk hidung, bentuk telinga, bentuk bibir, dan bentuk wajah itu sendiri terrmasuk bentuk leher dapat menjadi basis penilaian karakter dasar orang bersangkutan.

Sebagai contoh, jarak alis yang cukup leber menandakan orang yang memiliokinya memiliki karakter cukup sabar. Bentuk telinga yang lebar, termasuk katagori orang yang “mau mendengarkan”, sementara itu, bentunk hidung yang mbetet , seperti blukang atau terong, ada ciri dari seorang yang memiliki nafsu seksual besar. dan sebagainya.

Wajah dengan bentuk bundar, cenderung menggambarkan seorang yang sangat gemar makan, sementara mereka yang berdagu kokoh menggambarkan sorang yang punya prinsip kuat dll.

4.Tangan




David Brandon – Jones dalam bukunya “Your Hand and Your Career” mrnjelaskan tentang tangan dan karakter seseorang. Ia menjelaskan bahwa Secara tradisional , kejujuran dan ketidakjujuran telah diperlihatkan dengan tingkat kelurusan jari-jarinya, tetapi segi yang diambil ini tanpa data-data yang lain nampaknya belum cukup untuk membuat keseimbangan antara seorang dengan orang yang lain. Sementara itu, ketidak jujuran (Cheryl) ditunjukan dengan keseluruhan tangan yang kurus, dan pecah-pecah. Data yang penting dartangan pendusta ini adalah :

Dingin, susunan sangat bagus, kekenyalan keras, warna telapak tangan merah pucat, kuku-kuku panjang putih, garis tangan merah pucat hamper putih,

Ukiran jari tangan, sering dijadikan untuk penilaian bakat seseorang, seperti yang berukir iondah, dia berbakat seni, yang memiliki tyelunjuk besar, dia berbakat menjadi pemimpin, Demikian juga garis-garisnya. Garis di bawak ujung jari kelingking merupakan garis nikah, mereka yang emiliki garis lenih dari satu, cenderung memiliki kemauan untuk “berbagai Cinta” dsb. Demikian juga tebal tipisnya, akan mmenunjukan besar kecilnya dorongan untuk itu.

Morfologi tangan, bentuk logam, api, kayu atau air, memberikan karakter kecenderungan pada berbagai gangguan kesehatan. Rabaan tangan saat bersalaman juga dapat meunjukan indikasi karakter pemiliknya. Pegangan yang ringan dan dingin, adalah tangan seorang yang egois dsb.


5. Grafologi




Kita sering melmbaca iklan rekruitmen karyawan di massmedia dengan mensyaratkan lamaran ditulis tangan. Syarat ini bukan main-main, pencari tenaga kerja yang mensyaratakan lamaran dengan tulisan tanganh biasanya ingin menyeleksi awal dari puluhan ribu pelamar melalui tulisan tangannya (grafologi).

Dari tulisan tangan dan juga tanda tangan dapat diidentifikasi karakter penulisnya. Apakah dia konsisten, disiplin, stabilitas emosinya, daya artistiknya, kepercayaan dirinya dll.

Tulisan yang bentuk husuf-hurufnya konstans dinyatakan sebagai penulisnya memilik kestabilan dan disiplin yang bagus. Sementara tulisan yang keluar dari kaidah-kaidah semerstinya, menunjukan karakter semaunya sendiri. Guratan garis tulisan yang sangat berbekas menunjukan karakter emosi yang kuat (stress dll).

Untuk memahami karakter ini kadang bias dilakukan saat bersalaman, menyilakan duduk atau menawarkan minuman. Ketika seorang ditawari minuman panas atau dingin, maka pilihan panas atau dingin juga menunjukan karakter pribadinya.

Dengan mengenal karakter lawan bicara, maka kita dapat menyiasati bagaimana bisa berkomunikasi dengannya agar bisa seia sekata, yang berahir pada saling memahami. tidak terjadi misscomunication. Sudah barang tentu jika kita menjumpai kekurangan-kekurang dalam karakter orang lain tugas kita adalah menerimanya dengan jujur. Menurut Plato, menerima dengan jujur kekurangan-kekurangan orang lain dan kita mencintainya, adalah cinta sejati.


Bisa memberikan cinta sejati pada orang lain ? Mari kita coba.


The Holistic Leadership Center, siap membantu meningkatkan kemampuan komunikasi emphatik anda.

Thursday, December 1, 2011

KOMUNIKASI EMPATIK




Petunjuk Rasulullah

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya kurang lebih: Jika kamu berbicara (menyampaikan ucapan) tentang sesuatu perkara kepada suatu kaum padahal perkara itu tidak terjangkau (tidak dipahami) oleh akal pikiran mereka, niscaya akan membawa fitnah di kalangan mereka. (HR. Muslim)

Hadist itu menurit hemat penulis memberikan landasan/prisnsip dalam berkomunikasi. Kita hendaknya berkomunikasi dengan akal pikiran mitra komunikasi kita (komunikan). Artinya, sudah selayaknya kita harus memahami akal pikiran, atau perasaan dari orang atau kaum yang terlibat komunikasi dengan kita. Dalam bahasa sekarang, komunikasi yang demikian disebut sebagai komunikasi berempati.

Definisi Komunikasi berarti hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain. Definisi Empati berarti memahami perasaan / kondisi pihak lain tanpa terbawa untuk mengikuti kepentingan pihak lain dan mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Definisi Komunikasi Empati berarti hubungan antara satu pihak dengan pihak lain, dimana pihak-pihak yang berkomunikasi mampu memahami perasaan / kondisi pihak lain tanpa terbawa untuk mengikuti kepentingan pihak lain dan mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Hal ini berbeda dengan dengan Komunikasi Simpati Pemaknaan Komunikasi Simpatik sendiri berarti hubungan antara satu pihak dengan pihak lain, dimana pihak-pihak yang berkomunikasi mampu memahami perasaan / kondisi pihak lain dan terbawa untuk berpihak ke kondisi tsb.


Prinsip Prinsip Komunikasi Efektif

1: Respect

Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Kita semua memahami pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.Bbahkan ketika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Apabila kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Menurut ahli komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Sementara itu, William James mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.

Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.

2: Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust).

Mengenai kemampuan mendengarkan, Ram Charam, dalam bukunya Know-How, mengungkapkan bahwa kemampuan mendedngarkan dengan fikiran terbuka , dan mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang lain sangatlah penting. Karena bersedia mendengarkan saja sudah dapat meredakan masalah , dfan hal ini membantu kita memahami arti "menang dan "kalah" bagi orang lain. Inilah yang disebut dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.



Berkomunikasi secara emphatik, kita berkomunikasi denhgan masuk ke dalam kerangka acuan orang lain. Kita memandang keluar melewati kerangka acuan itu, kita melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia, kita memahami paradigma mitra komunikasi kita, kita mengerti bagaimana perasaan mereka. Untuk melakukan hal ini kita memerlukan pemahaman tentang “perasaan, fikiran, atau karakter” mitra komunikasi kita.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Sebagai anggota legislative misalnya, meski telah dibagi dalam fraksi-fraksi, kadang masyarakat mendatangi kita dalam banyak hal. Berbagai latarbelakang dan tingkan sosial ekonomi harus kita hadapi. Sudah barang tentu untuk berkomunikasi secara emphatik dengan mereka kita harus memahami masing-masing. Kita perlu memahami bagaimana perasaan kupu-kupu malam yang dikejar-kejar, kita perlu memahami bagaimana pedagang kaki lima yang diangkut lapaknya oleh tibum, kita juga perlu memaham bagaiman perasaan seorang ustadz yang dianggap terorris dll.

3: Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4: Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka prinsip keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi.Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

5: Humble

Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

Realitas Komunikasi kita



Ketika orang lain berbicara, kita biasanya “mendengarkan” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu, tyidak benar-benar mendengarkannya. Kita mungkin berpura-pura “yaa, hmm, benar”. Kita mungkin mendengar secara selektif, mendengar hanya bagian-bagian tertentu dari percakapan. Kita sering melakukan ini sewaktu mendengar celotehan terus menerus dari anak prasekolah. Atau kita mungkin mendengar secara atentif, menaruh perhatian dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Tetapi sedikit sekali dari kita mempraktekan tingkat kelima, bentuk tertinggi dari mendengarkan, yaitu mendengar dengan empatik.

Kita memiliki kecendrungan untuk menyerbu masuk ke dalam masalah seseorang, untuk memberikan nasihat yang kita piker dapat memperbaiki segala sesatu. Namun kenyataannya, cara itu sering kali justru malah memperburuk keadaan, sebab kita telah gagal meluangkan waktu untuk mendiagnosis, untuk benar-benar mengerti secara mendalam tentang permasalahannya. Mungkin banyak orang mengistilahkan hal ini sebagai “sok tahu”, atau tidak mau tahu apa yang terjadi pada orang itu, atau masalah orang itu.

Komunikasi adalah suatu keterampilan yang paling penting di dalam kehidupan ini. Salah satu kunci komunikasi yang efektif adalah berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. “Berusaha mengerti lebih dulu” memerlukan paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya lebih dulu ingin dimengerti. Kebanyakan orang tidak mau mendengarkan dengan baik. Mereka menyaring segalanya melalui paradigmanya sendiri. Mereka dipenuhi dengan kebenaran mereka sendiri, autobiografi mereka.

Mendengarkan dengan empatik (dari kata empathy) maksudnya adalah berusaha lebih dulu untuk mengerti, untuk benar-benar mengerti; masuk ke dalam kerangka acuan orang lain. Kita memandang keluar melewati kerangka acuan itu, kita melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia, kita mengerti paradigma mereka, kita mengerti bagaimana perasaan mereka. Intisari dari mendengarkan dengan empatik bukanlah bahwa Anda selalu setuju dengan seseorang, tetapi bahwa Anda sepenuhnya, secara mendalam, mengerti orang itu secara emosional sekaligus intelektual.

Mendengarkan secara empatik memerlukan jauh lebih banyak daripada sekedar merekam, merenungkan, atau bahkan mengerti kata-kata yang diucapkan. Para ahli komunikasi memperkirakan bahwa hanya 10% komunikasi kita diwakili oleh kata-kata yang diucapkan; 30% oleh suara; dan 60% oleh bahasa tubuh kita. Dalam mendengarkan secara empatik memang kita mendengarkan dengan telinga kita, tetapi lebih penting lagi kita juga mendengarkan dengan hati kita…

Ketika Anda mendengarkan orang lain dengan empati, Anda memberi kepada orang tersebut udara psikoligis. Segera sesudah kebutuhan penting itu terpenuhi, barulah Anda dapat berfokus pada pemberian pengaruh atau pemecahan masalah. Dengan komuniklasi emphatik, maka kita dapat memahami sekaligus memberi pemahaman berbagai hal yang mungkin berbeda. Kita dapat memberikan pemahaman tentang perda, kebijakan dan lain-lain yang mungkin belum bisa diterima oleh masyarakat dengan cara yang masyakat pahami.

Dengan keampuan berkomunikasi secara emphatic maka berbagai gejolak, perselisihan dll dapat dihindarkan, sekaligus dapat membuka jalan agar berbagai program, perbagai aturan dan kebijakan baru dapat dijalankan dengan dukungan bersama.

Melatih Empati

1. Muhasabah

Menghitung diri adalah proses penilaian diri sendiri dengan perenungan (introspeksi) akan diri kita sendiri. Melalui proses ini kita akan mendapatkan ketajaman batin karena kita akan melakukan katarsis (pembersihan, tazkia) bathin kita yang mungkin berdebu. Dengan bathin yang bebas debu ini lah kita mampu menangkap aura-aura, pancaran-pancaran pribadi orang yang kita hadapi. Bathin kita sering diumpamakan sebagai kaca (miskah), jika kaca berdebu, maka dia tidak mungkin mampu menangkap cahaya, warna dari obyek-obyek di depannya.

2. Curhat
Mengasah ketajaman emphatic dengan banyak mencobanya dalam mengahadi curah hati (curhat) dari siapapun dengan benar-benar berusaha memahaminya, dan memposisikan diri sebagai orang yang curhat tersebut. Melatih-dan melatih seakan kita mengasah pisau emapti kita agar terus tajam.

3. Teposeliro

Memposisikan diri kita pada posisi orang lain, dalam masyarakat jawa disebut sebagai teposeliro. Perilaku ini harus menjadi perilaku kita sehari-hari sehingga secara tidak langsung kita melakukan pengasahan, penajam melalui kehidupan keseharian. Jika hal ini sudah tertanam dan menjadi karakter kita, maka secara otomatis akan “muncul” sendiri ketika dibutuhkan. Sikap spontan berempati akan otomatis terjadi saat kita melakukan komunikasi.

4. Visiting and Roleplaying

Untuk mengasah emphati kita juga dapat melakukan dengan melakukan visiting, kunjungan dan observasi kepada berbagai lingkungan dengan berbagai karakternya. Hasil observasi dan visiting ini dapat ditindak lanjuti dengan melakukan role playing, pemeranan dari berbagai ragam kondisi, latar belakang, fikiran dan juga perasaan dari peran-peran yang beragam. Proses role playing yang disertai dengan internalisasi peran-peran akan memungkinkan kita memahami peran-peran itu dan bagaimana berkomunikasi dengannya.

Mudah-mudahan ada manfaatnya.