Wednesday, April 20, 2011

PENYIMPANGAN ORIENTASI SEX






Bagi masyarakat Jawa terutama wilayah Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa, diantara pitutur orang tua kepada anak gadisnya adalah : "jangan makan pisang dan pepaya , ora ilok". Adakah ini sekedar mitos, ataukah di balik pitutur itu ada hikmah yang tersirat ? Apakah ada pengaruh makanan tertentu terhadap perilaku tertentu, atau katakanlah kalau berkaitan dengan sex adakah pengaruh pisang dengan perilaku atau orientasi sexual si gadis ?

Tak ada yang mengetahui pasti pendorong preferensi seksual seseorang. Namun, berdasar ujicoba terbaru ilmuwan China, ditemukan zat otak pendorong orang menjadi gay.

Serotonin diketahui mampu mempengaruhi perilaku seksual seperti ereksi, ejakulasi dan orgasme pada tikus dan manusia. Senyawa ini biasanya juga mengurangi aktivitas seksual seseorang.

Inilah.com melanjutkan, Ujicoba ahli saraf Yi Rao dari Peking University dan National Institute of Biological Science di Beijing menunjukkan, serotonin ternyata juga mempengaruhi keputusan pria untuk ‘menggoda’ wanita atau pria.

Rao dan tim melakukan uji melalui pengurangan neuron penghasil serotonin atau protein penting penghasil serotonin dalam otak. Tak seperti tikus jantan lain, tikus yang kekurangan serotonin tak memiliki hasrat seksual terhadap tikus betina.
Sebaliknya, tikus itu malah tertarik pada tikus jantan serta lebih sering menyanyikan lagu cinta ultrasonik. Biasanya, tikus jantan menyanyikan lagu ini untuk menggoda tikus betina agar bisa melakukan seks.

Apa itu serotonin ?



Serotonin (bahasa Inggris: 5-hydroxytryptamine, 5-HT) adalah suatu neurotransmiter monoamino yang disintesiskan pada neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat dan sel-sel enterokromafin dalam saluran pencernaan.

Serotonin berfungsi sebagai neurotransmitter dalam sistem syaraf binatang sederhana serta binatang kompleks. Pelepasan serotonin mengaktifkan otot-otot yang digunakan untuk makan, sementara octopamine menekan mereka. Serotonin berdifusi ke neuron serotonin-sensitif, yang mengendalikan persepsi hewan terhadap ketersediaan makanan.
Perilaku sosial

Serotonin diperlukan untuk perilaku kawin normal laki-laki, dan kecenderungan untuk meninggalkan makanan untuk mencari pasangan. serotonergik ini sinyal yang digunakan untuk menyesuaikan perilaku cacing untuk perubahan cepat dalam lingkungan mempengaruhi insulin-seperti sinyal dan jalur TGF beta sinyal, yang mengendalikan penyesuaian jangka panjang.

Mutan kurang serotonin memiliki umur reproduksi meningkat, mereka menjadi gemuk. Dalam fruitfly dimana insulin baik mengatur gula darah dan bertindak sebagai faktor pertumbuhan neuron serotonergik mengatur ukuran tubuh orang dewasa dengan mempengaruhi sekresi insulin. Serotonin juga telah diidentifikasi sebagai pemicu untuk perilaku kawanan dalam belalang.

Berapa banyak makanan hewan akan tergantung pada tingkatan sosial hewan karena binatang yang lebih kuat dapat mencuri makanan dari yang lebih lemah. Jadi serotonin tidak hanya terlibat dalam persepsi ketersediaan makanan tetapi juga peringkat sosial. Jika lobster disuntikkan dengan serotonin, itu berperilaku seperti binatang yang dominan, sedangkan octopamine menyebabkan perilaku underdog.

Makanan




Pada manusia meskipun insulin mengatur gula darah dan IGF mengatur pertumbuhan, serotonin mengontrol pelepasan kedua hormon sehingga serotonin yang menekan pelepasan insulin dari sel beta di pankreas, dan paparan SSRI mengurangi pertumbuhan janin.

Tingkat serotonin dipengaruhi oleh diet pada manusia. Peningkatan rasio triptofan untuk fenilalanin dan leusin akan meningkatkan kadar serotonin. Buah dengan rasio yang baik meliputi pepaya dan pisang. Makanan dengan rasio yang lebih rendah menghambat produksi serotonin. Ini termasuk gandum dan roti gandum.

Penelitian juga menunjukkan bahwa makan makanan yang kaya karbohidrat gandum dan rendah protein akan meningkatkan kompetisi asam amino dengan mengeluarkan insulin serotonin. Namun, meningkatkan insulin untuk jangka waktu yang panjang dapat memicu terjadinya resistensi insulin, obesitas, diabetes tipe 2, dan tingkat serotonin rendah.

Otot menggunakan banyak dari asam amino, kecuali triptofan, yang memungkinkan pria memiliki serotonin lebih tinggi dari perempuan. Myo-inositol, hadiah poliol carbocyclic di banyak makanan, dikenal untuk memainkan peran dalam modulasi serotonin. Iritasi hadir dalam makanan memicu sel enterochromaffin untuk merilis serotonin untuk meningkatkan gerakan peristaltik untuk pengosongan usus. Kebocoran serotonin usus ke dalam aliran darah pada tingkat yang lebih cepat dari trombosit dapat menyerapnya meningkatkan serotonin bebas dalam darah, yang mengaktifkan 5HT3 reseptor di zona memicu chemoreceptor yang merangsang muntah.

Perilaku sosial


Dalam permainan ultimatum, peserta yang tingkat serotonin telah diturunkan secara buatan akan menolak penawaran yang tidak adil lebih sering daripada pemain dengan kadar serotonin yang normal.

Pada manusia sejak tingkat HT 1A aktivasi reseptor-5 di negatif menunjukkan hubungan otak dengan agresi, dan mutasi pada gen yang kode untuk HT 2A reseptor-5 mungkin dua kali lipat risiko bunuh diri bagi mereka dengan genotipe itu.

Serotonergik isyarat memainkan peran penting dalam modulasi manusia, dorongan marah dan agresi. Individu dari C.elegans''''menghadapi stres (misalnya lingkungan dengan makanan) kembali perilaku normal jika diberi obat serotonin meningkat. Obat yang sama memiliki efek yang sama pada manusia, tindakan serotonin pada cacing kawin dan bertelur menyerupai efek pada seksualitas manusia.


Sumber


Serotonin juga dapat berubah sebanding jumlah waktu yang dihabiskan di sinar matahari alami. Terapi cahaya terang mungkin memiliki efek pada kadar serotonin darah. Baru-baru ini, akupunktur telah terbukti dapat merangsang pelepasan serotonin pada hewan laboratorium.

Bisa ular
Beberapa kodok venoms, serta yang mengembara dari Brasil laba-laba dan ikan pari, mengandung serotonin dan tryptamines terkait.

Pentingnya

Serotonin pada sistem saraf pusat tidak penting untuk kelangsungan hidup di beberapa mamalia, seperti yang ditunjukkan pada tikus yang diubah secara genetik sehingga mereka tidak dapat menghasilkan serotonin di otak batang. Tikus-tikus ini dapat hidup sampai dewasa dan bahkan melahirkan anak .

Meskipun serotonin otak tidak penting untuk kelangsungan hidup, ablasi yang menyebabkan kerusakan seperti retardasi pertumbuhan, kematian 50% dalam empat minggu pertama kehidupan pasca melahirkan, dan efek pada jalur fisiologis dan berbagai perilaku yang berasal dari sistem saraf otonom. Secara khusus, tikus percobaan yang kurang serotonin di otak yang kurang mampu menunjukkan agresi lebih disbanding tikus lainnya. .

Serotonin dan Orientasi Sex

Kompas. Com menulis : Selain gerakan toleransi terhadap kamu homoseks, hingga kini penelitian tentang sebab homoseksualitas terus dilakukan. Salah satunya adalah penelitian Yi Rao dari Peking University dan National Institute of Biological Sceinces, Beijing.



Senyawa serotonin diketahui berpengaruh pada aktivitas seksual, seperti ereksi, ejakulasi, dan orgasme. Yi Rao kemudian menel

Untuk meneliti, Rao menggunakan tikus putih jantan yang telah direkayasa gennya. Ia membuat tikus putih percobaannya tidak mampu memproduksi serotonin dengan menonaktifkan gen yang berperan dalam produksi senyawa tersebut.
Hasilnya, tikus putih tanpa serotonin ternyata cenderung menyukai sesama jenisnya. Tikus putih tersebut mendendangkan lagu cinta dalam frekuensi ultrasonik yang biasanya didendangkan ketika ingin mengawini betina.

Rao juga menemukan bahwa 60 persen pejantan tanpa serotonin menghabiskan waktunya untuk mencumbui dan membaui genital sesama jenisnya. Sementara pejantan dengan serotonin cenderung mendekati lawan jenisnya.

Ketika Rao menginjeksikan senyawa serotonin, ia melihat bahwa para tikus tersebut cenderung tertarik pada lawan jenisnya. Sementara ketika serotonin terlalu banyak, tikus tak akan tertarik pada kedua jenis.

Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi serotonin dalam tubuh tikus putih menentukan orientasi seksualnya. Serotonin harus berada dalam konsentrasi tertentu sehingga mendukung perilaku homoseks ataupun heteroseks.



Apakah hal yang sama menjadi sebab homoseksualitas pada manusia? Elaine Hull, pakar rodensia Florida State University yang tak terlibat penelitian, mengatakan, "Hal yang sama mungkin juga memengaruhi homoseksualitas atau biseksualitas pada manusia."
Namun, ia dan co-author penelitian Zhou Feng Chen mengingatkan agar kesimpulan penelitian ini tak ditanggapi berlebihan. Hail penelitian ini tak serta-merta menjelaskan sebab homoseksualitas pada manusia.

"Informasi lebih diperlukan untuk menentukan lokasi otak yang terlibat dalam regulasi serotonin dalam hal itu sebelum melompat pada kesimpulan bahwa serotonin adalah senyawa yang berpengaruh pada ketertarikan antar lelaki," kata Hull.
Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature pada 24 Maret 2011 lalu. Penelitian ini merupakan kali pertama peneliti mampu mendeskripsikan pengaruh neurotransmitter seperti serotonin terhadap orientasi seksual.

Sebelumnya, penelitian tentang sebab homoseksual juga telah dilakukan, misalnya, terkait volume otak kanan dan kiri. Sejauh ini, beberapa ilmuwan meyakini bahwa homoseksual adalah sesuatu yang telah terberi, bukan sebuah penyakit.



Uraian di atas memberikan gambaran salah satu hubungan serotonin (zat kimia) dengan perilaku sex dalam makna orientasi sex. Jika dinalar , maka nasihat orang tua kepada anak gadisnya untuk tidak banyak makan pisang dan pepaya kelihatannya sebuah tindakan preventive agar si gadis tidak memiliki tingkat serotonin yang tinggi. Sebab, jika kadar serotonin tinggi maka si gadis bukan menjadi putri yang gandes dan luwes, tapi mungkin menjadi agresif dan tomboy, dan boleh jadi orientasi sexnya mengalami pergeseran seperti diterangkan dalam hasil penelitian di atas. Wallahu a'lam.

Bagi pembaca yang mengalami "problematika" dalam orientasi sex, memperhatikan keseimbangan serotonin barangkali adalah salah satu jalan keluarnya, meskipun faktor-faktor lain tentu saja perlu diperhatikan.



No comments:

Post a Comment