Friday, September 23, 2011

MAGNUM THESUM






Cahaya mengembara disetiap sella dada. bertanya pada mitokhondria adakah elan vital disana ? menelusuri tiap retikuli dan mengeja detak kehidupan dalam bahasa RNA. Merajut keperkasaan manusia dalam geliat DNA sesuai sabda-NYa. Robbanaa maa kholaqta haadzaa batjilaa.



Sabda menjelma nama-nama. Melalui diskusi surga, manusia bertahta sebagai khalifah dunia, dimana dalam genggamannya lautan mengalunkan ombaknya. Gunung menumpahkan keluhannya dan daratan rindu sentuhan cintanya. Sementara itu angin wahyu membimbingnya menuju pintu surga.



Kemuliaan manusia ada disini, dalam dada ini, untuk tulus menapaki jalan mendaki, dan menjauhi jurang terlarang. Sementara kualitasnya tergantung ketulusan berbagi embun pagi, menabur kehangatan mentari, dan keharuman melati di setiap relung hati. Bagai pepohonan yang rindang memberi kesejukan, menyediakan kelezatan bagi alam, dan memberi gairah bagi kumbang kumbang.








JUST A DADDY



Harus kutunda menyalakan bintang gemintang, karena mendung menggelantung, Di wajahmu jemu membeku. Sementara bibirmu penuh keluh, memintal segumpal sesal yang tak mungkin kucairkan dengan pesona lidahku. Aku tahu itu wajar, namun tetap menohok kelelakianku, yang terkebiri oleh beban kehidupan yang datang menghujam tajam. Maafkan kangmasmu diajeng yang belum mampu menjadi suami ideal bagimu.



Diajeng, malam begitu panjang dan berjalan sangat lamban tanpa lenguhanmu menemani gairahku. istirah yang terpisahkan oleh gelap membuat semuanya jelas tergambar. Betapa bermakna keluhanmu yang kau bisikan dengan lembut dalam bahasa tubuhmu, dan begitu gamblang engkau mencoba menyibakkan dengan naluri keibuanmu, segala beban kehidupan kita , karena kau tahu ini semua di luar kendaliku pengaruhku sebagai lelaki yang selalu mecoba bangkit dari keterpurukan berulang.





Engkau tau lanskap jiwa dan altar ragaku. Aku bukan lelaki yang kuat bertindak sekehendak benak. Kebersamaan adalah birahi tertinggi yang menempati tahta hati kita. Dan aku tahu diajeng adalah belahan jiwa yang terindah bersemayam di dada. Tetapi aku juga maklum engkau wanita yang berhak merenghkuh segala bahagia. Jujur kutak ingin tajamnya beban menjadi geluitin yang dapat mengamputasi kebrsamaan ini. Namun sekali lagi, aku akan tulus menerima apapun juga jika itu kehendak-Nya.



Darling, as you know, In fact i just a daddy who don't like to see any sadness, and as so far as i just a man who don't like to sleep a lone.



________________________________

*)Penyair lulusan FKH UGM dan Pondok Pesantren Budi Mulia Yugya, puisinya tersebar di berbagai mass media lokal dan Nasional . Bekerja sebagai social worker and an Educator, activist The Holistic Leadership Center.

No comments:

Post a Comment