Wednesday, September 7, 2011

MUDIK IS GOOD, GOOD !

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa ingin dipanjangkan UMURNYA, dilapanglan RIZKINYA, dan diselamatkan dari SU'UL-KHATIMAH, hendaklah dia bertaqwa kpd Allah dan BERSILATURAHIM (dg kerabatnya)." (H.R. Bazzar)
---- "Tidak ada SORGA bg orang yg memutuskan hubungan keluarga." (Muttafaq 'Alaih)





Fenomena mudik Idul Fitri di Indonesia sungguh sangat luar biasa. Hal ini dikarenakan mudik Idul Fitri bukan sebuah aktivitas biasa, katakanlah sekedar liburan, namun pada hakekatnya mudik Idul Fitri terkait dengan rangkaian Ibadah Ramadhan itu sendiri. Karena di Indonesia, mudik Idul Fitri digunakan sebagai sarana silaturrahmi.

Memang silaturrahmi tidak mesti dilakukan pada Idul Fitri belaka, namun bagi para perantau yang dibatasi jarak, silaturahmi langsung face to face terkait dengan suasana, kesempatan dan sudah barang tentu sumber daya.

Suasana Idul Fitri akan sangat berbeda dengan suasana hari-hari lain, katakanlah idul adha misalnya. Hal ini dikarenakan sebelum idul fitri mental dan spiritual kita telah digarap sedimikian rupa, sehingga panggilan silaturrahmi sebagaimana tertuang dalam hadits di atas sungguh merupakan panggilan yang menggema di lubuk hati paling dalam.




Faktor kesempatan juga sangat berperan dalam pelaksanaan mudik Idul fithri, Instansi pemerintah dan Swasta yang libur bahkan menyediakan cuti, tentu saja tidak dapat diperoleh setiap saat. Sementara itu, sektor informal, yang biasanya bermitra dengan sektor formal, katakanlah sektor sektor yang biasa menunjang aktivitas instansi pemerintah, swasta dan perusahaan perusahaan sudah barang tentu kena imbas juga. Tentu saja, bagi mereka yang tidak dapat meninggalkan aktivitasnya pada saat Idul Fitri seperti petugas medis dan para medis, satuan keamanan dll mau tidak mau harus menunda atau telah lebih dahulu melakukan mudik tergantung jadwal liburnya.

Yang tidak kalah penting adalah faktor sumber daya. jarak yang jauh sudah barang tentu membutuhkan suber daya yang tidak sedikit. Tidak hanya terkait dengan ongkos transportasi, tetapi juga terkait dengan berbagau "uborampe" untuk melakukan silaturrahmi, aling tidak sebagaimana layaknya orang yang telah bepergian, buah tangan adalah suatu tuntutan yang wajar.

Untungnya, bulan Ramadhan yang merupakan bulan rahmat dan penuh berkah, memfasilitasi teraihnya berbagai sumberdaya itu. Katakanlah bagi yang bekerja di sektor pemerintahan, swasta dan perusahaan, THR (Tunjangan Hari Raya) adalah salah satu sumber dayanya. sementara itu mereka yang bergerak di sektor lain, bulan puasa dengan kativitas ekonomi yang luar biasa, memungkinkan menambah sumberdaya di samping sumberdaya yang telah dipersiapkan selama sebelas bulan sebelumnya.


Perlu Difasilitasi





Mudik Idul Fitri yang terkait dengan budaya religius muslim, terkait dengan silaturrahmi, sungguh suatu moment yang luar biasa berharga. Di tengah kondisi negara yang jika diumpamakan sebagai perusahaan adalah sebuah perusahaan yang "bangkrut", namun masyarakat Indonesia menunjukan fenomena yang lain, sangat kecil terjadinya gejolak sosial yang menonjol, kehidupan berjalan seakan tak bermasalah, hampir dipastikan, karena di Indonesia, diakui terdapat faktor silaturrahmi diantara komponen-komponen bangsa, yang mayoritas adalah muslim. Hikmah silaturrahmi sebagaimana termaktub pada hadist di atas, telah menyelamtkan Indonesia dari berbagai gejolak, kerusuhan dan kebrutalan sosial.

Memperhatikan bahwa Mudik Lebaran dalam konteks menghidupkan budaya silaturrahmi, dan faktor silaturrahmi diakui sebagai "faktor" inhibitor terjadinya berbagai maslaha sosial akhibat "kebangkrutan Negara", maka sudah seharusnya Mudik Lebaran difasilitasi oleh pemerintah. Karena semakin banyak masyarakat yang bersilaturrahmi dengan kerabatnya, semakin besar sumbangan keberkahan bagi negeri ini, sehingga kebangrutan total dapat dihindari.


Pemerintah Kurang memfasilitasi



Melihat fenomena Mudik Lebaran yang ada, nampak sekali pemerintah kurang memfasilitasi moment ini. Kebijakan bidang transportasi yang menyerahkan tarif pada mekanisme pasar, jelas jelas membuat kapitalis transportasi berpesta di tengah kesulitan rakyat. Kenaiakan tarif yang lebih dari 200 % tarif biasa sungguh berdampak luar biasa bagi masyarakat kecil. Padahal pada Era Tuslah, kenaikan tarif biasa dipatok sekitar 25 - 30 %.

Jika hari-hari biasa tarif Tegal _ Jkarta Rp. 50.000, jika dengan Tuslah 25 % maka menjadi sekitar Rp. 65.000. Namun tanpa tuslah, tarif ini menjadi Rp. 125.000. Jika satu keluarga dengan 2 anak, maka dengan tuslah Tegal - Jkt PP sebesar Rp. 520.000, dengan diserahkan mekanisme pasar menjadi Rp. 1.000.000. Sehingga selisih keduanya adalah Rp. 480.000, sebuah angka yang cukup besar untuk "uborampe" silaturrahmi di desa-desa.

Kurang memfasilitasi juga terlihat dari berbagai realitas mudik Lebaran yang "macet total". Mudik Idul Fitri bukanla baru sekali dua kali terjadi, namun sudah puluhan kali. Namun tiap terjadi Mudik Lebaran, infra struktur yang diperlaukan tidak kunjung memenuhi sesuai tuntutan. Jalan jalan berlubang, jembatan belum siap, tikungan-tikungan kurang terjaga bahkan ketertban lalulintas yang semestinya harus ditegakkan sebagai syarat lalu lintas yang aman, nyaman dan lancar kurang diperhatikan. Kasus kecelakaan yang menimpa Artis Syaeful Jamil yang menelan korban istri tersayangnya,Virginia, dalam penilaian saya juga ada andil kelalaian petugas lalu lintas untuk mengambil tindakan menurunkan sebagian penumpang yang berlebihan.


Mudik Idul Fitri dan Pembangunan Karakter Bangsa



Mudik lebaran yang dijalankan dalam frame silaturahmi, peduli dan berbagi, adalah sebuah proses pembangunan karakter bangsa yang sangat luar biasa. Berbagai nilai budaya leluhur dan pengenalan langsung adat istiadat pedesaan bagi generasi yang lahir dan besar di kota-kota dengan kehidupan individual dan tersekat, merupakan proses pembangunan karakter bangsa secara langsung.

Bagi orang Jawa, kebiasaan menyediakan ketan, lepet dan apem (Khotoaan, Kelepatan dan affan), Jika salah meminta maaf, adalah pembangunan karakter bangsa melalui simbol simbol boga rakyat yang tidak memerlukan gembar gembor.

Apalagi jika sepanjang perjalan mudik juga diterapkan budaya disiplin lallu lintas, melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan, maka karakter disiplin, saling menghormati, toleransi, cnita kebersihan dan cinta tanah air, dapat dilakukan langsung melalui tiap-tiap kendaraan.


Mudik Idul Fitri Ke Depan


Memperhatikan peran mudik Idul Fitri yang sangat strategis seperti diuraikan di atas, maka tidak ada jalan lain kecuali kita mempersiapkan diri, mengevaluasi, dan memperbaiki berbagai hal sehingga Mudik Idul Fitri dapat diambil manfaatnya secara optimal.

Semoga.


No comments:

Post a Comment