Monday, November 21, 2011

HIKMAH MAHABBAH


Kita tentu telah memahami kisah berikut yang diriwayat kan oleh Bukhari sebagai termaktub di bawah ini :

“Diampunkanlah seorang wanita pezina yang melewati anjing (yang berada di atas sumur) yang menjulurkan lidahnya dan hampir mati kehausan, lalu wanita itu melepas sepatunya dan diikat dengan kerudungnya lalu ia membawa air kepada anjing itu maka dia (wanita tsb), diampuni karenanya” (Hadits: HR.Bukhari).

Dalam kisah lain diseritakan : suatu hari seorang melewati anak yang sedang bermain burung yang diikat kakinya dengan tali, begitu dilepas, burung terbang ke atas dan kemusian ditarik kembali. Melihat yang demikian, orang tersebut kemudian membeli burung tersebut dan melepaskannya hingga terbang bebas. Budiman ini juga dinyatakan sebagai penghuni surga.

Sementara itu, seorang ulama yang sedang menulis buku melihat minumannya dihinggapi lalat. Demi melihat lalat yang sedang minum, dibiarkannya dengan lalau itu meneguk minumannya hingga puas. Ulama ini pun dinyatakan ahli surga.

Tiga kisah yang meilbatkan orang budiman dan berbagai macam hewan ciptaan Allah tersebut bermuara pada satu kata Kasih, mahabbah. Sifat Kasih yang merupakan sifat Allah yang diperuntukan bagi semua mahluknya, tanpa pandang bulu, dan ada dalam diri masing-masing orang yang berbeda latar belakang telah memberi efek yang sama : Surga.
Dengan demikian Kasih dapat dikatakan dapat membawa seseorang menjadi ahli surga.

Kisah kasih itu akan menjadi lebih jelas nilai tarbiyahnya dengan kisah seorang yang mengurung kucing dan kucing itu mati kelaparan. Apa yang dia lakukan mendapatkan balasan dengan dimasukannya dia ke neraka. Antagonisme ini memberikan tarbiyah kepada kita bahwa kasih dapat membawa pelakunya ke surga dan antikasih dapat embawanya ke neraka.

JIka berbuat kasih kepada hewan masuk surga , bagaimana jika kita berbuat kasih kepada manusia dan kepada seluruh alam ?

Jika berbuat anti kasih masuk neraka, lantas bagaimana jika kita berbuat kejam, dzalim, membunuh, menghancurkan manusia dan alam raya ?


Berwasiat Tentang Kasih



Al Quran menyebutkan orang orang yang berwasiat tentang kasih sayang sebagaimana makna ayat berikut :

Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. (Q.S 90 : 17 - 18).

Orang yang berwasiat tentang kasih sayang menurut ayat di atas adalah orang-orang golongan kanan yang termasuk dalam golongan ahli surga. Orang-orang ini adalam mereka yang mau "menempuh" jalan yang sulit. Bersedia mengatasi berbagai problema yang dihadapi umat yakni :(Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari kelaparan,(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,atau orang miskin yang sangat fakir.

Dunia saat ini sedang dalam ancaman krisis global yang serius. Setelah Amerika, kini krisis melanda Eropa. Negara-negara yang selama ini notabene sebagai negara-negara yang berpesta elalui "perbudakan Uang" dengan sistem kapitalisme/neoliberalisme, kini justru dihadapkan ancaman serius. Seolah-olah Allah mengekpose, melehke (dalam bahasa jawa), ini loh sistem yang kamu rancang ternyata buat negerimu sendiri jadi berantakan.



Perbudakan manusia dalam wajah baru, melalui kontrak-kontrak kerja yang sangat menindas kaum pekerja, menjadikan manusia hanya sebagai faktor produksi, harus dibebaskan melalui konsep-konsep baru pengembangan ekonomi yang berparadigma membagi kasih, bukan menumpuk kapital dan mengejar profit. Pengembangan Ekonomi sebagai pengejawantahan pembumian sifat Rahman Ilahi, memungkinkan dijadwalkannya agenda-agenda yang lebih bernuansa mencara barkah.

Schedule-schedule kerja, aturan dan tata tertib, SOP dan juknis dapat diorientasikan dan disesuaikan dengan berbagai kepentingan penghambaan diri kepada Allah SWT. Sehingga tidak ada aturan-aturan yang bernada menentang syari.

Dunia saat ini juga dihadapkan pada relitas pahit. Milayaran manusia dimuka bumi menderita kelaparan kronis. Sementara dilain pihak, triliunan dolar Amerika setiap tahun dibuang cuma-cuma hanya untuk mengangkat senjata. Kesombongan-kesombongan pada perilaku hukum rimba, telah mencabik-cabik nurani manusia untuk menyantuni sesama. Mengasihi yang papa, memberi energi bagi yang duafa.

Golongan kanan, golongan yang masuk surga adalah mereka yang mau berwasiat kasih sayang, dan secara riil mau menjalani hidupnya untuk bersedia membebaskan berbagai perbudakan, exploration der long parlong, sekaligus membagi cahaya untuk menghangatkan kehidupan bagi orang-orang yang membutuhkan.

Karakter Hamba Sang Pengasih :



(63) Dan hamba-hamba dari Tuhan Yang Pemurah itu, ialah orang orang yang berjalan di atas bumi dengan sopan dan bila mereka ditegur sapa oleh orang-orang yang bodoh, mereka menjawab dengan "salam".

(64) Dan mereka yang pada malam hari bergadang menyembah Tuhan, baik sujud maupun ber diri.

65) Dan mereka yang berkata: Ya Tuhan kami, jauhkan kiranya kami daripada azab neraka jahannam, karena azab neraka jahannam itu sangat memilukan.

(66) Dia (neraka jahannam) adalah seburuk-buruk tempat kediaman dan seburuk-buruk tempat tinggal.

(67) Dan orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, tidaklah mereka ceroboh dan tidak pula kikir, melainkan per terTgahan di antara keduanya.

(68) Dan orang yang tidak menyeru Tuhan yang lain bersama Allah, dan tidak mereka membunuh din yang diharamkan oleh Allah kecuali menurut haknya dan tidak pula mereka berzina. Dan barangsiapa yang berbuat demi kian itu, niscaya akan bertema ea dengan dosa.



(69) Berlipat-gandalah siksa yang akan dideritanya di hari kiamat, clan tetap mereka di sana dalam keadaan terhina.
Kecuali orang yang taubat, dan beriman dan beramal dengan amalan yang shalih. Orang orang yang semacam itu akan diganti oleh Allah kejahatannya dengan berbagai kebajikan. Dan Tuhan Allah adalah Maha Peng ampun dan Maha Penyayang.

(71) Dan siapa-siapa yang kembali (taubat) clan beramal pula dengan amalan-amalan yang shalih, maka sesungguhnya kembalinya itu ialah kepada Allah, sebenarnya taubat.

(72) Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian dusta;dan bila mereka melalui urusan-urusan yang tidak ada gunanya, mereka lewat saja dengan sikap yang mulia.

(73) Dan orang-orang yang bila di ingatkan ayat Tuhan kepada mereka, tiadalah mereka menuli kan telinga dan membutakan mata.

(74) Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahilah kiranya kami ini dari isteri-isteri dan keturunan kami yang men­jadi cahayamata, dan jadikanlah kiranya kami ini menjadi Imam ikutan daripada orang-orang yang berta.kwa kepada Engkau.

(75) Orang-orang itulah yang akan diberi ganjar pahala dengan ruangan yang mulia karena ke -sabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan segala kehormatan dan kebahagiaan.

(76) Kekal mereka di sana selama nya! Itulah yang sebaik-baik tempat kediaman dan tempat tinggal.

Demikianlah karakter hamba-hamba Yang Pengasih yang dideskripsikan dalam Q.S Al Furqon.


Menjadi Rahmatan Lil "alamin




Ketika kita mampu membumikan kerahmanan, kemahapengasihan Allah dalam kehidupan nyata kita, maka kita akan menjelma sebagai individu penuh kasih kepada semua makhluq Allah SWT yang dikenal sebagai Rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi alam semesta. Bukan terbatas mengesihi dirinya, keluarganya, kelompoknya, sukunya, bangsanya atau terbatas bagi manusia saja, tetapi penuh kasih juga terhadap hewan, tumbuhan, udara, darat dan lautan.

Pemanfaatan berbagai sumber yang ada, baik sumber hayati maupun sumber non hayati, biotik dan abiotik, senantiasa mempertimbangkan fungsi kerahmatannya, yang semuanya akan memperoleh perhitungan dari Allah SWT. Dengan demikian sangat dapat dipahami mengapa "sang pelacur" mendapat ampunan, karena sifat kasihnya dibalas oleh Allah dengan Kasih Ilahi yang berlipat.

Di tengah kehidupan yang semakin berat, dengan tantangan yang semakin mendaki, maka wasiat untuk saling mengasihi, untuk menebar kasih adalah sebuah keharusan yang perlu didahulukan berbarengan dengan wasiat untuk bersabar, yang dikenal dengan tawashobishshobr wa tawa shobilmarhamah.



Walau demikian bukan berarti kita melupakan tawashobishobr tawashobil haq. Berwasiat akan kesabaran dan kebenaran yang tertuang dalam Q.S Al Ashr. Karena kita juga memahami bahwa berbagai kesulitan sistemik yang dihadapi umat manusia tidak jarang akhibat pelanggaran terhadap nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai keadilan dan nilai-nilai hak azazi manusia yang sistemik pula.

Sudah barang tentu penegakkan nilai-nilai kebenaran tretap mengacu pada dan berpijak pada nilai-nilai kasih sayang. Sebab, perbuatan baik apapun tanpa diawali/berpijak dengan Asma Allah yang maha pengasih dan penyayang maka terputus kebaikannya.

Ke depan kita membutuhkan budiman-budiman kasih untuk menyelamatkan dunia ini.


No comments:

Post a Comment