Saturday, May 19, 2012

REFLEKSI KEBANGKITAN NASIONAL

Menyambut Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2012, penulis teringat puisi yang berisi tentang Kebangkitan. Pusi ini berjudul Nyanyian Kebangkitan, pernah diterbitkan oleh Harian Pelita Jakarta Sekitar Awal tahun 1985 dan pertama dibacakan di hadapan hadirin walimatul Ursy pernikahan Waladi dan Hidayati di Yogyakarta.
Puisi Sosial ini dilandasi oleh keprihatinan realitas para "penyeru kebangkitan' yang justru paling awal menyerah pada kondisi dengan kehadiran kekuasaan, jabatan dan sejenisnya, yang dalam wacana jawa dinyatakan jika "huruf itu dipangku, maka mati", hadirnya jabatan, kemewahan, membuat kita mati idealisme, nyaman menikmati kemewahanm dsb.
Ditulis saat gegap gempitanya semangat menyambut Abat ke XV sebagai Abad Kebangkitan Islam, dengan semangat Ruju ila Quran Wasunah berisi refleksi, pemikiran bahkan warning tentang "gerak Kebangkitan" yang kita lakukan, agar tidak mengalami "kekalahan Berulang" dimana nilai-nilai perjuangan, idealisme, militansi selalu "terhapus" dari para pelakunya , terutama yang terlihat pada para senior kami di HMI saat itu. Berikut renungan kebangkitan itu (mohon maaf ada kosa kosa kata yang terlupa, tetapi mungkin di redaksi Pelita ada arsipnya).
NYANYIAN KEBANGKITAN Kita yang latah menyenandungkan mars kebangkitan dengan nada sumbang yang dimerdukan, terkulai lumpuh bersama datangnya kursi-kursi reot. Kita yang hafal sejuta dalil dan aksioma, mandul , bisu , dikebiri dan digiring ke abator cita. Adakah kita bangkit ? Tidak ! Sebab Kebangkitan yang terlepas dari simpul iman, adalah berpacu mengejar kakalahan berulang Kebangkitan karna terjaga dari mimpi semalam tanpa sadar hari kemarin, adalah bergegas menuju kehancuran mendatang (Darwono, Nyanyian Kebangkitan, Harian Pelita, 1985)
Setelah sekitar 30 an tahun renungan kebangkitan itu ditulis, saat ini kita dapat melihat realitasnya. Mereka yang dengan vokal menyuarakan kebangkitan, rela dengan senang hati berkolaborasi dengan mereka-mereka yang bersemangat menghisap, meneguk, menikmati darah dan keringat saudara-saudaranya sebangsa.
Bahkan lebih ironis dari itu, mereka bersatu, bermavia, untuk merampok kekayaan bangsa untuk memuaskan birahi kekuasaannya. Jauh lebih keji dari itu, mereka menggunakan agama, tarbiyah dan nilai-nilai luhur untuk mengelabuhi, menipu dan bersandiwara untuk meraup kepentingan-kepentingannya.
Adakah Kita Bangkit ? Tidak ! Sebab kebangkitan yang lepas dari simpul iman, adalah berpacu mengejar kekalahan berulang. Itulah peringatan yang saya sampaikan 30 tahun lalu.dan saat ini kita melihat dengan kasat mata, berbagai kekalahan bangsa terus saja terjadi. Dalam semua bidang kehidupan. Tidak belajar dari masalah yang terkait dengan "Pesawat Cina", kita terjebak pada masalah pesawat Sukhoi.
Adakah KIta bangkit ? Tidak Sebab kebangkitan karena terjaga dari mimpi semalam, tanpa sadar hari kemarin adalah bergegas menuju kehancuran berulang. ! Spirit kebangkitan yang disemai melalui kampus-kampus dengan berbagai bentuknya mulai dari kesadaran akan pentingnya Lembaga Dakwah Kampus (Jamaah Shalahuddin mempelopori Silatuirrahmi LDK Sejawa tahun 1985),
Hampir bersamaan HMI menetapkan "Isyhadu Bianna Muslimun" dengan menolak represif Soeharto yang memaksakan Azaz Tunggal Panca Sila, dan berbagai gerakan yang dilakukan oleh para aktivis kampus dekade 80-an, adalah benih-benih munculnya Reformasi yang merupakan gerakan kritis terhadap Rezim Represif Soeharto !
Sayangnya sekali lagi, kita melupakan sejarah, kita tidak ingat hari kemarin, terlalu bereuphoria terhadap Reformasi, kita lupa, bahkan mungkin kita sengaja, karena alasan tertentu, membiarkan para domba domba Soeharto berdiaspora ke payung politik payung politik baru dan dahsyatnya, dengan kemampuan menguasai "panggung sandiwara" politik Indonesia, domba=domba ini kembali menunjukan jati dirinya sebagai musang, yang siap melakukan kanibal, perselingkuhan dll demi menggapai birahi kepentingannya dan Indonesia kembali Hancur.
Oleh karenanya dengan simpul Iman dan kesadaran akan perjalanan bangsa, sudah selayaknya Kebangkitan Nasional 2012 sangat relevan untuk kembali berefleksi, berterkad dan melangkah dengan p[elita iman dan kesadaran sejarah, untuk bersama-sama mengembalikan Indonesia bagi Rakyat Indonesia yang bersemangat Indonesia. Semoga !

No comments:

Post a Comment