Wednesday, October 12, 2011

FISCA (FIELD STUDY AND CHARITY ACTIVITIES





"Subhanallah, benar 2 Indonesia sangat kaya keanekaragaman hayati. Sayang kita kurang mensyukuri karunia ini, dg strategi pembangunan yang salah, sehingga kita terjebak pada lingkaran setan hutang. Mestinya pembengunan kita lebih fokus berbasis pada "karunia Allah" untuk negeri kita sebagai negeri "tongkat kayu dan batu jadi tanaman" bukan negeri yang menyuburkan "cerobong-cerobong arang" Pendidikan kita mestinya lebih berfokus pada bagaimana unggul dalam mengelola megabiodiversitas dengan bioteknologi bukan menyiapkan buruh-buruh ekport.
(Darwono Tuan Guru)"




Robbanaa maa kholaqta haadzaa baatilan, suhanaka fakinaa adzaabannaar

Tidak berlebihan jika Tumpah Darah Pertiwi mendapat julukan "Bagian Surga yang dibentangkan sepanjang khatulistiwa". Jannah yang digambarkan taman dengan kehijauan tetumbuhan dan sungai-sungai, mata air yang mengalir sunggu tersebar di segenap lekuk tubuh Bunda Pertiwi.

Dengan karakter hutan hujan tropis yang diguyur hujan sepanjang tahun, dilengkapi dengan "tungku-tungku mineral" yang paling aktif di dunia, hamparan tanah pertiwi adalah media alami yang sangat cocok untuk tumbuh berkembangnya berbagai varisasi makhluk ilahi. Kondisi ini telah melahirkan Tumpah Darah Indonesia sebagai negara Megabiodiversitas, negara dengan kekayaan plasma nutfah, negara dengan keunggulan keanekaragaman hayati yang luar Biasa.


Perjalanan atau rihlah atau trip atau traveling kita suatu tempat di Tanah air akan menumbuhkan kekaguman akan Anugerah Ilahi yang luar biasa ini. Hijauan daunan, bunga yang warna-wari, aroma yang beragam, nyanyian satwa yang berbeda-beda, tingkah polah alam yang menggemaskan semuanya akan mampu "meningkatkan kecerdasan spiritual kita" dengan kesadaran : Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilan, Ya Ilahi, Sungguh Engkau Ciptakan ini semua dengan tidak sia-sia". Subhanaka fakinaa adzaabannar, Maha Suci engkau maka jauhakan kami dari adzab api neraka".

Kesalahan Pembangunan

"Innal mubadziriina kaana ikhwaanusysyayaathiin", sungguh kaum yang mubadzir adalah sahabatnya syaitan, dan syaitan tempatnya di neraka. Kita sadar bahwa Allah lah yang maha suci dari setiap kesalahan. Dan kita mudah terjebak dengan kesalahan bahkan kesalahan berulang sekalipun.

Kesalahan berulang kita adalah kesalahan panjang sebagai bangsa yang berulang bagi Indonesia, kita abaikan, dan kita mengejar pembangunan yang bukan berpijak pada bukti rasa syukur kita atas kekayaan keanekaragaman Tanah pertiwi. Dengan kebijakan "lompatan Teknology", kita telah melakukan keslahan fatal akan "evolusi alamiah" kita sebagai negara agraris. Cerobong-cerobong asap yang lebih kita pilih untuk dibangun, telah merubah wajah tanah pertiwi sebagai negara "tongkat layu dan batu jadi tanam" berganti menjelma "tiang beton dan baja jadi hutang". Sermentara itu, saluran-saluran dan kincir-kincir angin (hugo) yang perlu dibangun untuk mengangkat air-air yang penuh unsur hara bagai kehidupan flora, kita lupakan dibangun. Sehingga muncul berbagai bencana kekeringan yang sanggup meranggaskan berjuta-juta tanaman pangan. Sehingga bangsa yang "gemah ripah loh jinawi" menjelma negara yang kekurangan pangan, yang mengalami berbagai bencana kelaparan, sekaligus merubah karakter bangsa dari karakter mandiri menjadi bangsa yang menadahkan tangan.

Sebagai bagian dari keluarga besar bangsa ini, kita patut prihatin, bangsa yang terkenal ramah berubah menjadi bangsa yang mudah marah. Bangsa mandiri berubah menjadi bangsa peminta-minta. Bangs yang kaya raya berubah menjadi bangsa Ghorimin (terbelit Hutang). Bangsa yang berani berlaku prihatin dan bangga untuk tidak meminta menjadi bangsa yang siap berdesak-desakan untuk menatangan memohon pemberian dan belas kasihan.

Khusus Di Bidang Pendidikan


Di bidang pendidikan tidak kalah pula dalam mengambil kebijakan yang salah. Sekat-sekat dibangun melalui klasifikasi pendidikan. Anak-anak bangsa yang tumbuh di lingkungan yang sudah tersekat di rumah-rumah mewah, cluster cluster hunian mewah yang tak ramah, tetap berada dalam box ketidak rmelalui pendidikan klasifiklasi mewah, yang tidak meungkin dimasuki anak-anak bangsa dari kalangan bawah. Sistem klasifikasi sekolah yang diterapkan dinas pendidikan telah merobohkan tatanan bahwa sekolah adalah "miniatur Indonesia" dimana anak-anak bangsa dari berbagai strata, berbagai warna, saling belajar bersama untuk saling bertoleransi.

Dalam kebijakan fokus konten pendidikan, Departemen pendidikan, sistem pendidikan dan kurikulum pendidikan kita sungguh-sungguh melupakan bahwa ini adalah negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat kaya. Keaneka ragaman hayati Indonesia, tidak menjadi fokus bagi pengembangan keunggulan sumber daya insani Indonesia yang mampu mengelala Megabiodiversitas Indonesia sebagai keuinggulan kompetitif dan komparatif bangsa kita pada Era Bioteknoligy saat ini.

Kita prihatin, bahwa dunia pendidikan kita berubah menjadi pabrik-pabrik yang dijalankan untuk menghasilkan produk eksport tenaga kerja. Kebanggaan pada kemampuan bahasa asing yang terasa mengalahkan kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia merupakan salahsatu bukti bahwa kita lebih berfokus pada mempersiapkan buruh-buruh yang siap dieksport ke "pasar global" , sekaligus juga blunder yang membahayakan bagi musnahnya salah satu "identitas nasional Indonesia" yang memiliki satu bahasa nasional, bahasa Indonesia.



Pengembangan kurikulum yang mengarah pada pengurangan bobot-bobot ilmu murni yang sangat berguna bagi berkembangnya kemampuan penguasaan science dan teknologi dan diganti dengan berbagai materi keterampilan yang lebih mangarah ke vocasional dalam kurikulum SMA, adalah indikasi bahwa pemegang kebijakan lebih memilih menggarap anag-anak bangs sebagai "calon-calon tukang" dari pada calon-calon ahli science dan teknology tinggi. Sementara itu sikap kita yang keliru dalam pengahargaan terhadap bidang keahlian tertentu, telah mempurukkan cabang-cabang keahlian yang sebenarnya harus menjadi fokus bangsa ini untuk memanfaatkan keuntungan posisinya sebagai negara dengan mega biodiversitas. Makanya tidak heran jika terjadi ironisme dimana negara agraris tetapi fakultas-fakultas pertanian kuirang mendapat peminat. Masya Allah.

Kesalahan berulang dalam langkah-langkah pembangunan semestinya tidak perlu terjadi jika kita mau mengevaluasi, mau meperbaiki diri. Sayangnya kita sering terjebak oleh mimpi-mimpi yang tak bertepi. Akan kesalahan berulang ini memang mengharuskan kita memohon kepada-Nya : fakinaa adzaabannar, Ya Allah jauhkan kami dari siksa api neraka.

FISCA (Field Study And Charity Activities)

Salah satu aktivitas pembelajaran untuk mengembangakan kemampuan dan karakter siswa adalah dengan menjalankan study lapangan dengan berbagai aktivitas keilmuan, seni dan aktivitas sosial (Field Study and Charity Activities, FISCA). JIka aktivitas ini didesign dengan baik, maka berbagai kompetensi ilmu-ilmu alama, sosial, budaya dan moral beserta muatan karakter dan kewirausahaannya dapat dilakukan secara integrate.



Berbagai indikator untuk memastikan bahwa program pembelajaran model ini tercapai dapat disusun dari indikator yang paling sederhana hingga indikator yang paling kompleks. Demikian juga instrumen evaluasi baik berupa unjuk kerja, portofolio, laporan tertulis atau evakuasi tertulis dapat disusun dari tingkat C1 hingga C6 secara bervariasi.

Demikian juga di bidang pengembangan kecerdasan, dapat disusun program pengembangan Kecerdasan holistik (Iq, Eq, Sq, MQ, FQ, PQ, VQ dll) secara terpadu dan menarik melalui quiz, game, role play , art performenc, project Proposal design, Observasi, research, kera sosial dll.

No comments:

Post a Comment