Monday, August 1, 2011

TAQWA ADALAH CINTA TERAGUNG

Bagi saya, Taqwa is The Greatest Of LOve. Cinta (Mahabbah) Yang Paling Agung sebab : hanya orang yang sunguh-sungguh mencintai yang mau melakukan sagala yang diperintah dan mau menjauhi segala yang dilarang dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Hal ini dapat diambil pengertiannya dari difinisi taqwa itu sendiri : imtitsalu awaamirihi wajtinaabu nawaahihi. yakni menjalankan segala perintah-Nya (Allah) dan menjauhi segala larangan-Nya. Seorang yang mencintai dengan totalitas, akan dapat melakukan itu semua, makanya dia akan menjadi The Winner (Laqod faazal Muttaqun. Orang-orang yang cintanya tidak samapi derajat itu maka adang dia harus menjelma menjadi Pecundang (The Looser), yang selalu mencari-carai alasan untuk berhenti mencintai.


Juga Anyataqiyal insanu maa yaghdlobuhumullahu wamaa dlororun linafsihi walighoirih, yakni takutnya manusia akan segala yang membuat Allah marah kepadanya, dan takut berbuat yang membuat dirinya dan orang lain celaka. karena mahaabbah, orang yang Taqwa tidak mungkin membuat orang lain celaka. Semuanya diukur dengan kalimah utam yang menentukan kualitas amal kita "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang".



Seperti kita mahfumi bersama, perbuatan sebaik apapun tanpa di landasi dengan "Asma Allah" (Arrohmanirrohiim) iti terputus kebaikannya. Artinya perbuatan baik yang kita lakukan semestinya dilandasi oleh refleksi dari kerohman dan kerahiman Allah. Segala yang kita lakukan benar-benar harus dilihat hal itu mengandung "kasih dan sayang" atau tidak.


Taqwa itu sendiri sebananya sebuah anugerah yang dikaruniakan sejak pembentukan manusia itu sendiri. Dalam Q.S. Asy Syamsi, dikatakan : fa alhamaha fujuroha wattaqwa ha. Manusia dalam kejadiannya dilengkapi dengan "potensi" fujur dan taqwa. Dualisme potensi ini pada akhirnya akan berkembang sesuai perjalanan waktu. Sebagaiman perkembangan fisik dan psikis, Potensi fujur dan taqwa berkembang sesuai dengan perlakuan, pola asuh dan lingkungannya. Dan ke dua orang tuanyalah yang menjadikannya "yahudi atau nashrani".


Disinilah makna tanggung jawab orang tua. Orang tua yang benar-benar memberikan perlakuan, pola asuh, lingkungan yang memungkinkan Taqwa itu tumbuh berkembang dengan subur dia akan memetik keuntungan dengan memperoleh pada saatnya nanti, anak-anak yang sholeh, yang senantias melakukan birul walidain. Sebaliknya orng tua yang khilaf, yang terlena dengan kesibukan pemenuhan kebutuhan fisik belaka, akan menuai panen yang "puso" , tidak bernas, karena anak-anaknya ternyata tidak tahu bagaimana seharusnya menjadi anak.


Ramadan sebagai bulan Riyadloh, benar-benar harus dimanfaatkan oleh setiap kita (orang tua), untuk melihat sejauh mana anak-anak kita tumbuh dalam nafas taqwa, dalam meliu mahabbah tertinggi. Karena Taqwa adalah Mahabbah, maka menumbuhkannya haruslah dilandasi dan dijalankan dengan penuh mahabbah pula.

Insya Allah, bi bismillahirohmanirrohiim, jika ini dijalankan oleh keluarga, kampung, negara dan seluruh umat Islam sedunia, maka hidup kita kedepan, dunia ini akan penuh dengan mahabbah. Mahabbah yang penuh berkah. Semoga !

No comments:

Post a Comment